Senin 21 Nov 2022 12:38 WIB

Jokowi Ingatkan Jajaran Menteri Hati-Hati Buat Kebijakan

Jokowi mencontohkan, Inggris salah sedikit kebijakan hasilnya ke mana-mana.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan pedagang kangkung saat mengunjungi Pasar Tradisional di Baros, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (17/6/2022).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan pedagang kangkung saat mengunjungi Pasar Tradisional di Baros, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (17/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju untuk berhati-hati dalam membuat kebijakan di tengah situasi krisis global saat ini. "Hati-hati membuat kebijakan, begitu salah sedikit bisa berdarah-darah dan itu sudah ada contohnya," ujarnya saat membuka Musyawarah Nasional XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Tahun 2022 di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022).

"Saya kira saudara-saudara tahu. Inggris salah sedikit kebijakan, salah membuat policy hasilnya bisa ke mana-mana. Ini lah yang kita tidak mau. Saya selalu berpesan kepada seluruh menteri, hati-hati membuat kebijakan dalam posisi yang sangat rentan seperti ini," kata Jokowi.

Dia juga meminta para menteri tidak keliru membuat kebijakan, terutama yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Jokowi menegaskan, alasan itulah yang membuat dirinya sering meninjau pasar dalam berbagai kesempatan kunjungan di daerah, yakni agar dapat membuat kebijakan yang tepat.

"Kenapa setiap hari, hampir setiap minggu, saya masuk ke pasar-pasar. Baru saja tadi pagi saya juga masuk ke pasar di Boyolali, saya cek harga-harga yang naik apa, harga yang stabil apa. Supaya kita dapat feeling-nya. Jangan keliru kita membuat kebijakan," terangnya.

Jokowi menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia selama 30 bulan berturut-turut selalu surplus. Sementara di negara lain hal serupa tidak terjadi. "Sekarang ini urusan yang namanya BBM saja, pusing semuanya. Urusan yang namanya pangan kekurangan semuanya. Ini semua negara, kenaikan bisa 30 persen, bisa 40 persen, bisa 50 persen." ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement