Sabtu 07 May 2022 21:50 WIB

IDAI : Belum Ada Keputusan Penundaan PTM Terkait Hepatitis Akut Misterius

IDAI belum menyarankan penundaan PTM menyikapi kasus hepatitis akut misterius

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi anak yang terjangkit Hepatitis di rawat di rumah sakit.. IDAI belum menyarankan penundaan PTM menyikapi kasus hepatitis akut misterius
Foto: ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA FOTO
Ilustrasi anak yang terjangkit Hepatitis di rawat di rumah sakit.. IDAI belum menyarankan penundaan PTM menyikapi kasus hepatitis akut misterius

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan sampai saat ini belum ada keputusan untuk menunda Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Sebab, hepatitis akut masih ditelusuri berasal dari virus apa.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muzal Kadim. "Sampai saat ini belum ada keputusan IDAI untuk menyarankan PTM ditunda. Lihat saja dalam perkembangan lebih lanjut," katanya dalam diskusi secara virtual pada Sabtu (7/5/2022).

Baca Juga

Dia mengatakan, saat ini IDAI bekerja sama dengan Kemenkes untuk menangani kasus hepatitis akut ini. Salah satunya dengan menyiapkan protokol-protokol untuk anak.  

"Disiapkan protokol-protokol untuk anak khususnya dokter anak di RS-RS di seluruh Indonesia dari IDAI ke dokter anak," kata dia. 

Sebelumnya diketahui, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kemenkes belum menggolongkan kejadian itu sebagai kasus hepatitis akut berat. 

Sebab, masih ada fase lanjutan investigasi berupa pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan Adenovirus dan Hepatitis E yang membutuhkan waktu 10-14 hari ke depan. 

"Kami belum golongkan dalam Hepatitis akut bergejala berat, tetapi baru masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium," katanya, Kamis (5/5/2022). 

Nadia mengatakan, dari ketiga pasien tidak ditemukan riwayat penyakit bawaan Hepatitis dari keluarga. Penyakit Hepatitis akut ini juga bukan disebabkan Hepatitis A, B, C, E dan banyak menyerang anak-anak dibawah 16 tahun dan lebih banyak lagi di bawah 5 tahun.  

"Dari ketiga anak tersebut tidak ada yang memiliki riwayat dengan gejala penyakit yang sama," katanya. 

Keluhan utama yang dialami pasien sebelum di bawa ke rumah sakit, kata Nadia, berasal dari saluran cerna seperti mual, muntah, dan diare yang hebat. 

Ketiga pasien anak itu dilaporkan meninggal di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement