Waktu terus berjalan, saat ini Susilo tidak hanya membuat keripik tempe tapi juga memproduksi tempe dan mesin pembuat dan pemotong tempe. "Jadi, sekarang saya menjual keripik tempe, tempe dan juga menjual alat mesin pembuat dan pemotong tempe," terangnya.
Menurut perhitungan Susilo, untuk pasar Jabodetabek, produksi keripik tempenya sudah menguasai dua persen pasar penjualan. Saat ini dia memproduksi rata-tata 150 kg keripik tempe per hari dan laris terjual.
"Kita tidak menjual keripik tempe ini dengan merk. Kita jual ke agen dan agen yang kasih merk mereka sendiri-sendiri. Keripik tempe kedelai biasa per kilogramRp 40 ribu, kalau kedelai organik per kilonya Rp 55 ribu. Untuk mesin pembuat dan pemotong tempe itu harga satuannya, saya jual Rp 8,5 juta," jelasnya.
Ia menambahkan, penjualan keripik tempe semula masih offline. Dia berkeliling dua kali dalam seminggu untuk mencari pasar baru dan menggembangkan pasar. Menyadari market yang bagus dan akan berkembang itu market dengan online maka dia mulai memanfaatkan media sosial (medsos), Facebook, WA untuk berjualan. Dia juga mendaftarkan produk keripik tempe ini di market place, seperti Shoppie dan Lazada.
Saat ini, dia mengatakan, pihaknya dilirik Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk dibina lebih maju serta ada pendampingan dan pemasaran. "Jadi tentu kami juga sangat berterima kasih dengan Pemkot Depok. Ada untungnya dibantu Pemkot Depok, karena kita memperluas relasi dan dapat ilmu serta pengalaman baru. Kita diberi pelatihan dan kunjungan ke pabrik-pabrik seperti pabrik makanan Indofood dan pabrik tepung Bogasari," ujarnya.
Susilo menjelaskan, masyarakat yang ingin terjun di usaha keripik tempe, peluang pasarnya masih besar. Diapun mengajak jika ada yang mau belajar ke tempatnya silakan. Bahkan yang ingin konsultasi lewat WA juga silakan.
"Atau mau ikut memasarkan juga dengan senang hati akan kami terima. Bagi masyarakat yang ingin ikutan usaha keripik tempe ini dengan juga membeli mesinnya, maka akan kami tranning, sekaligus diajari cara membuat tempe dan keripik tempe dengan pengolahan dan cara mengorengnya," ujar Susilo.
Dia menjelaskan proses produksi keripik tempe pakai ragi. Pembuatan tempe itu proses kehidupan, karena tempe memerlukan ragi, suatu yang hidup, bukan barang mati. Dalam membuat tempe, faktor alam juga sangat menentukan. Untuk musim hujan atau musim panas, pemberian ragi berbeda. Ada formulanya.
Lalu, faktor kebersihan juga menentukan. Kalau kita jorok maka hasil produksi tempenya tidak akan bagus, karena terkontaminasi. "Untuk keripik tempe itu kuncinya proses pembuatan tempe dan proses penggorengan. Itu kuncinya. Kalau dua cara itu sudah kita kuasai ilmunya maka Insya Allah produksi keripik tempe akan lancar," tegasnya.
Saksikan cerita lengkap kisah Susilo, di link berikut: