Senin 02 Aug 2021 21:53 WIB

BPIP: Pembinaan Pancasila Butuh Kolaborasi Pusat-Daerah

Kepala BPIP ingatkan mendesaknya pembinaan ideologi Pancasila di sekolah

Kepala BPIP Yudian Wahyudi dalam Rapat Sinkronisasi Program Kegiatan Tahun 2022 terkait Pembinaan Ideologi Pancasila bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang diselenggarakan Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Senin (2/8).
Foto: BPIP
Kepala BPIP Yudian Wahyudi dalam Rapat Sinkronisasi Program Kegiatan Tahun 2022 terkait Pembinaan Ideologi Pancasila bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang diselenggarakan Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Senin (2/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu tantangan besar Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) adalah memunculkan kolaborasi serta awareness bagi Pemerintah Pusat dan Daerah. Terpenting, membuka sebanyak-banyaknya ruang kolaborasi dengan intens berkomunikasi dalam mengawal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 tentang PIP. 

Demikian pandangan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam Rapat Sinkronisasi Program Kegiatan Tahun 2022 terkait Pembinaan Ideologi Pancasila bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang diselenggarakan Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Senin (2/8).

Hadir secara daring; Kepala BPIP Yudian Wahyudi, yang didampingi oleh Sestama BPIP Karjono, Deputi Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina, putri almarhum Gus Dur Allisa Wahid, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Bahtiar, dan perwakilan dari Kemenko PMK serta perwakilan Gubernur, yakni Sekretaris Daerah Provinsi dan Kabuaten/Kota, Kepala Baresbangpol Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kepala Bapeda Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. 

Yudian Wahyudi mengatakan, tantangan kekinian PIP sudah gamblang disampaikan Presiden Jokowi saat pidato Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu. 

"Walaupun telah menyatu dalam kehidupan kita sepanjang Republik Indonesia berdiri, namun tantangan yang dihadapi Pancasila tidak semakin ringan. Globalisasi dan interaksi antar belahan dunia tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan," ujar Yudian, mengutip pidato Presiden. 

"Yang harus kita waspadai adalah meningkatnya rivalitas dan kompetisi, termasuk rivalitas antar pandangan, nilai-nilai, dan ideologi. Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi," imbuhnya. 

Secara khusus, Yudian menyebut ada tantangan digital yakni berkembangnya infodemi. Sebuah fenomena ketersebaran informasi berlebihan termasuk hoaks dan informasi misleading di kala pandemi Covid-19.

Lalu ancaman kerawanan sosial berupa konflik yang dipicu berbagai perbedaan. "Ini tantangan menjadi mediator di tengah tingginya konflik antar warga," ungkap Yudian. 

Pria asli Banjarmasin ini juga mengingatkan kasus ASN terpapar radikalisme dan mendesaknya Pendidikan Ideologi Pancasila di bangku sekolah. "Proses PIP sangat urgent untuk mendukung pembangunan dan perdamaian berbalut keberagaman. Dalam dokumen RPJMN, BPIP bertanggung jawab menyukseskan program dan kegiatan prioritas sesuai visi misi Presiden,"  beber Yudian. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement