Senin 06 Jul 2020 18:34 WIB

Angka Covid RI dari Rata-Rata Global yang tak Menggembirakan

Rasio kematian akibat Covid-19 di Indonesia di atas angka rata-rata global.

Petugas pemakaman menguburkan jenazah dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas pemakaman menguburkan jenazah dengan protokol Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra, Kamran Dikarma

Rasio jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia terhadap jumlah kumulatif kasus positif di Tanah Air per Ahad (1/7) sebesar 5 persen. Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, tingkat kematian ini lebih tinggi daripada angka global yang hari ini sekitar 4,72 persen.

Baca Juga

"Kalau kita lihat angka kematian nasional angka kita berada di lima persen, ini relatif tinggi dari rata rata dunia 4,72 persen," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Ahad (5/7).

Yurianto menerangkan, angka penambahan pasien meninggal pada Ahad sebanyak 82 orang sehingga total pasien meninggal karena Covid-19 sebanyak 3.171. Pada Senin (6/7) angka itu diperbarui Yurianto dengan adanya tambahan angka kematian 70 orang, sehingga total ada 3.241 orang meninggal sekibat Covid-19.

Sedangkan angka penambahan sembuh pada Ahad sebanyak 886 orang sehingga total 29.105 pasien sembuh. Jumlah pasien sembuh kemudian diperbarui pada Senin dengan tambahan 814 orang, sehingga jumlahnya menjadi 29.919 orang.

Yurianto menyampaikan, rata-rata jumlah kasus sembuh pasien Covid-19 secara nasional yakni sebanyak 45,42 persen. Persentase itu disebutnya masih di bawah angka rata-rata dunia yang sebesar 56,71 persen.

“Angka sembuh secara total memang kita berada pada 45,42 persen rata-rata nasional kita. Jika kita melihat rata-rata global memang masih berada di bawah. Karena rata-rata global hari ini dilaporkan ada 56,71 persen,” jelas Yurianto, Ahad.

Kendati demikian, menurut Yurianto, sudah ada 11 provinsi yang saat ini memiliki angka kesembuhan di atas 75 persen. Artinya, lanjut dia, banyak dari pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh.

Pada Senin (6/7), pemerintah merilis ada penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.209 orang selama 24 jam terakhir. Dari angka tersebut, Jawa Timur (Jatim) masih menjadi provinsi dengan penambahan kasus baru terbanyak yakni 308 orang. Menyusul kemudian DKI Jakarta dengan 232 kasus baru, Jawa Tengah dengan 127 kasus baru, Jawa Barat dengan 126 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 84 kasus baru.

Hingga hari ini, angka kumulatif kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 64.958 orang. Jumlah spesimen yang diperiksa dalam 24 jam terakhir tercatat 12.756 spesimen. Jumlah tersebut menurun karena sebagian laboratorium meliburkan diri pada Ahad kemarin.

Menurut Yurianto, kendati penambahan kasus masih relatif tinggi, tingkat hunian rumah sakit oleh pasien Covid-19 tidak mengalami lonjakan. Bahkan dalam tiga hari terakhir, tercatat tingkat hunian tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 baru terisi 53 persen.

Yurianto mengungkapkan, tingkat hunian rumah sakit yang tidak tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar temuan kasus positif baru adalah orang tanpa gejala (OTG) atau pasien dengan gejala Covid-19 yang minimal. Kelompok tersebut akan diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, tanpa harus dirawat di rumah sakit.

"Kita sadari sepenuhnya bahwa belum seluruhnya belum ditemukan. Kemungkinan masih ada yang kasus positif belum teridentifikasi dan masih berada di tengah kita. Karenanya, protokol kesehatan menjadi kunci untuk menjawab kemungkinan yang paling benar untuk tidak tertular," jelasnya.

Prediksi tiga besar

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan Indonesia akan menjadi pusat penyebaran Covid-19 ketiga di Asia. Menurutnya, lonjakan kasus akan terus terjadi kecuali pemerintah menerapkan langkah-langkah lebih ketat.

Dilaporkan laman Brisbane Times, Senin (6/7), Pandu memprediksi tingkat infeksi Covid-19 akan terus meningkat hingga September atau Oktober. Angkanya dapat mencapai 4.000 kasus per hari. 

Pandu mengungkapkan sejauh ini skala pengujian Covid-19 di Indonesia masih kecil. "Angka-angka itu sangat rendah, itu adalah kesalahan. Peraturan pemerintah, bagaimana mereka melakukan pengujian, didasarkan pada gejala. Itu adalah kesalahan mereka," kata dia.

Dia berpendapat Pemerintah Indonesia seharusnya menggandakan tes reaksi rantai polimerase (PCR). Hal itu harus dilakukan secara merata di seluruh daerah.

Menurut Pandu, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tak berhasil di Indonesia. Dia mendesak pemerintah untuk secara masif mengampanyekan "3M", yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan mengenakan masker. Hal itu menjadi upaya untuk tetap menekan penyebaran Covid-19.

Jika kampanye itu dijalankan, Pandu memprediksi tingkat Covid-19 akan memuncak pada Juli dan mulai turun pada Oktober. "Dengan tidak adanya langkah-langkah baru yang ketat, Indonesia akan menjadi pusat (Covid-19) ketiga di Asia setelah Cina dan India," katanya.

Saat ini, Indonesia menguji sekitar 10 ribu orang dan memproses sekitar 20 ribu spesimen per hari. Tingkat tesnya adalah 3.377 orang per satu juta orang.

Menurut laman Worldometer, dari per satu juta orang, Singapura melakukan tes terhadap 129.509 orang, Malaysia 24.854 orang, Thailand 8.648 orang, Filipina 7.286 orang, dan Australia 107.888 orang.

photo
Covid-19 di Jawa Timur (Jatim) - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement