Kamis 11 Jun 2020 05:34 WIB

Pangkoopsau I: Manuver Pesawat Militer di Natuna Makin Ramai

Indonesia diingatkan 'si vis pacem, para bellum' dalam menyikapi Laut China Selatan.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) I Marsma Tri Bowo Budi Santoso (kiri).
Foto: Dispenau
Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) I Marsma Tri Bowo Budi Santoso (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo meminta jajaran di TNI AU untuk meningkatkan performa organisasi yang tertuang dalam sembilan program prioritas. Tujuannya agar TNI AU makin disegani di kawasan. Panglima Komando Operasi AU (Pangkoopsau) I Marsekal Pertama (Marsma) Tri Bowo Budi Santoso mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan demi meningkatkan profil TNI AU adalah menganalisis centre of gravity.

Dengan begitu, dia mengatakan, baru kemudian dibuat analisis ancaman terkini terhadap eksistensi NKRI. Dia menganggap salah jika ada pihak-pihak tertentu yang menyebut Indonesia tidak ada masalah dalam 15 tahun mendatang. Menurut dia, Indonesia harus selalu dalam posisi waspada dan tidak boleh menganggap keadaan aman sekarang berarti tidak ada ancaman.

"Insya Allah gak ada ancaman, perkataan ini bagi saya bisikan musuh, membuat kita terlena," kata Tri Bowo di Mako Koopsau I, Jakarta Timur, Rabu (10/6).

Tri Bowo pun menyinggung konflik di Laut China Selatan yang melibatkan militer China dan Amerika Serikat (AS). Saat ini, dia mengatakan, dua negara besar itu saling menunjukkan hegemoni masing-masing. Karena lokasinya yang dekat dengan Laut Natuna, ia meyakini, sengketa Laut China Selatan pasti berimbas ke RI. Karena itu, TNI AU tidak boleh menyederhanakan masalah dan wajib selalu waspada.

Pihaknya menekankan, komandan lanud di bagian barat Indonesia yang berada di bawah Koopsau I harus selalu dalam kondisi siaga. Dengan demikian, kapan pun dibutuhkan untuk melakukan operasi, mereka dalam keadaan siap.

 
"Ingat si vis pacem, para bellum (jika menginginkan perdamaian, bersiaplah menghadapi perang). Itu menjadi bagian penting. Paling tidak kalau terjadi konflik memuncak, pesawat mereka kalau emergency harus siap," kata Tri Bowo yang bakal menyandang pangkat marsekal muda (marsda) di pundaknya.

Mantan komandan Lanud Silas Papare Jayapura ini pun mengungkapkan, ternyata penerbangan pesawat militer di wilayah Natuna hingga Selat Malaka meningkat. Karena itu, pihaknya menginstruksikan semua lanud dekat Natuna selalu waspada. Tri Bowo melanjutkan, Koopsau I juga terus berkoordinasi dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) untuk meningkatkan pemantauan radar penerbangan.

"Kok sekarang penerbangan makin ramai manuver di wilayah utara Natuna dan utara Riau. Kalau cuek-cuek saja kita bahaya. Karena itu, saya sudah tugaskan khusus asisten intelijen untuk memantau," kata Tri Bowo yang tidak memerinci penerbangan militer dari negara mana berasal.

Ia menegaskan, pihaknya ingin membuat pertahanan udara di Indonesia bagian barat lebih siap dalam menghadapi konflik Laut China Selatan. Langkah itu bukan berarti Indonesia siap terlibat dalam konflik militer, melainkan lebih sebagai antisipasi.

"Kalau suatu saat terjadi beneran, kita harus lebih siap. Tidak menutup kemungkinan itu terjadi walaupun kita semua tidak harapkan karena pastinya berdampak luas," kata Tri Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement