Senin 27 Jan 2020 22:48 WIB

Perayaan Imlek Nasional Tonjolkan Budaya untuk Persatuan

Imlek Nasional akan menampilkan perpaduan budaya Tionghoa dan Non-Tionghoa.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Nashih Nashrullah
Panitia Perayaan Imlek Nasional 2020 menggelar konferensi pers di Jakarta pada Senin (27/1).
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Panitia Perayaan Imlek Nasional 2020 menggelar konferensi pers di Jakarta pada Senin (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Puncak perayaan Imlek Nasional akan digelar di ICE BSD Tangerang, Banten akan menghadirkan sejumlah hal baru yang lebih menekankan pada persatuan dan kesatuan.   

Ketua panitia perayaan Imlek Nasional 2020, G   Sulistiyanto, mengatakan perayaan yang digelar untuk kedua kalinya ini mengusung tema “Bersatu untuk Indonesia Maju”. 

Baca Juga

Lewat tema itu, kata dia, kegiatan yang akan dihelat 30 Januari ini menonjolkan konsep yang memadukan kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan asli Indonesia.   

“Ini perayaan yang bersifat budaya. Jadi, imlek adalah perayaan persitiwa budaya dan tidak dimonopoli oleh salah satu agama saja,” kata Sulistiyanto dalam konferensi pers Perayaan Imlek Nasional 2020 di Jakarta pada Senin (27/1).  

Oleh karena itu, dia menekankan bahwa imlek dapat dirayakan siapapun dan dari latar belakang agama apapun.   

Dia juga memastikan, gelaran kedua ini akan dilaksanakan secara lebih baik karena telah direncanakan sejak dua bulan lalu. 

Oleh karena itu, dia menjamin konsep kali ini akan jauh lebih matang dibanding gelaran pertama pada tahun lalu yang disiapkan hanya dalam tiga pekan.  

Menurutnya, tema yang diusung kali ini juga sejalan dengan tema kemerdakaan Republik Indonesia pada tahun ini. 

Diharapkan, lanjut dia, tema dan konsep acara yang diusung itu sekaligus dapat melepas sekat atau dikotomi Tiongoa dan non-Tionghoa yang terkadang masih terjadi di tengah masyarakat. 

“Barongsai pasti akan dihadirkan dalam perayaan ini. Tapi, ornamen yang ada dalam venue akan lebih menonjolkan nuansa beberapa budaya asli Indonesia. Sehingga, hal ini akan menonjolkan perpaduan yang dapat merangkai keberagaman,” ucapnya.  

Tak hanya itu, perpaduan pun juga ditonjolkan lewat dresscode bagi panitia dan sejumlah tamu kehormatan. Karena, pada kegiatan yang dikemas dalam festival budaya itu, para tamu undangan akan menggunakan pakaian tradisional Tionghoa sedangkan para panitia akan menggunakan pakaian tradisional khas nusantara.  

Dia menekankan, seluruh konsep yang dihadirkan akan menyisipkan pesan bahwa bahwa sejatinya perbedaan diantara masyarakat Indonesia sudah tidak ada lagi. Karena, warga Tionghoa juga merupakan warga Indonesia yang ikut bersama-sama membangun dan memajukan Indonesia.   

Di satu sisi, rencananya, kegiatan yang juga jadi ajang festival kuliner ini juga akan dihadiri  Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Dia berharap, presiden dapat kembali hadir seperti pada perayaan tahun lalu.     

“Tahun lalu, presiden direncanakan hanya akan hadir selama 45 menit. Tapi ternyata, presiden hadir menikmati acara selama tiga jam. Kali ini, kami juga berharap agar presiden dapat kembali hadir,” kata dia.     

Beberapa lapisan masyarakat yang turut diajak dalam perayaan ini diantaranya adalah dari kalangan pesantren, kaum difabel, para pahwalan di bidang olahraga dan keluarga pahlawan nasional.    

Tak hanya itu, kegiatan ini juga akan menghadirkan 29 raja dari berbagai kerajaan di penjuru nusantara. “Semua ini dihadirkan untuk mencerminkan kerja sama dan sinergi dari seluruh lapisan masyarakat,” kata dia.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement