Ahad 23 Nov 2025 06:18 WIB

Kisah Dua Mahasiswa Non-Muslim Asal Papua Tengah Jadi Wisudawan Terbaik di UMJ

UMJ adalah kampus yang menjunjung tinggi toleransi.

Diana Tati Haryati dan Sulastri Sambo, mahasiswa asal Kabupaten Mimika meraih predikat wisudawan terbaik I dan III Program Spesialis Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ.
Foto: UMJ
Diana Tati Haryati dan Sulastri Sambo, mahasiswa asal Kabupaten Mimika meraih predikat wisudawan terbaik I dan III Program Spesialis Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menempuh pendidikan di kampus Islam sebagai mahasiswa non-Muslim bukanlah perjalanan mudah.

Namun, Diana Tati Haryati dan Sulastri Sambo, dua mahasiswa asal Kabupaten Mimika, Papua Tengah, berhasil membuktikan semangat belajar dan sikap toleransi dapat mengantarkan mereka meraih predikat wisudawan terbaik ke-I dan III Program Spesialis Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIK UMJ).

Menemukan Penerimaan di Tengah Kampus Islam

Menjadi ibu dari tiga anak, sekaligus mahasiswa aktif bukan perkara mudah bagi Diana yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Kesehatan di Puskesmas Pasar Sentral Mimika.

Namun, tekadnya untuk meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan membuatnya mantap melanjutkan studi di UMJ.

Diana mengaku, pada awalnya ia sempat khawatir karena statusnya sebagai non-Muslim yang menempuh studi di kampus Islam. Namun, kekhawatiran itu perlahan sirna ketika ia merasakan lingkungan kampus yang terbuka dan penuh penerimaan.

“Setiap hari Minggu, teman-teman saya yang Muslim selalu mengingatkan saya untuk beribadah. Lalu, saat bulan Ramadhan, mereka selalu bilang, ‘Silakan makan dan minum, jangan sungkan'. Saya merasa sangat dicintai dan disayangi di tengah- tengah mereka,” kenangnya.

Ia juga sering mengikuti kegiatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) setiap Jumat di UMJ. Ia menjelaskan, pada hakikatnya sesama manusia harus saling memahami dan menyayangi serta berpegang teguh pada toleransi tanpa harus memaksakan kehendak masing-masing.

Ia menambahkan, pengalaman belajar di UMJ juga mengubah pandangannya terhadap Muhammadiyah.

“Pandangan orang lain tentang Muhammadiyah yang fanatik dan kurang toleran ternyata salah. Setelah saya berada di tengah-tengah mereka, saya justru menemukan Muhammadiyah itu penuh kasih dan menghargai perbedaan,” ujarnya yang dikutip Ahad (23/11/2025).

Dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik ke-I Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UMJ, Diana merasa bangga sekaligus bersyukur atas perjalanan pendidikannya. Ia mengakui, pencapaian ini bukti bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk berprestasi.

Makna Belajar Sesungguhnya dan Indahnya Toleransi di Kampus UMJ

Sementara itu, Sulastri, yang juga PNS Kabupaten Mimika mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan di UMJ melalui program beasiswa. Menurut dia, ketika pertama kali mengetahui UMJ merupakan kampus Islam, ia juga sempat diliputi rasa khawatir.

Ia bertanya-tanya apakah dirinya akan mampu beradaptasi dengan lingkungan kampus yang berbeda keyakinan, sekaligus bersaing secara akademik dengan mahasiswa dari berbagai daerah lain di Indonesia.

“Mampukah saya dari Papua bersaing dengan teman-teman yang berasal dari Jawa, Sumatra di mana fasilitas dan keilmuan mereka mungkin lebih bagus, lebih lengkap dibanding kami yang masih tertinggal,” ungkapnya.

Namun, kekhawatiran itu perlahan memudar. Selama tiga tahun menempuh pendidikan di UMJ, Sulastri justru menemukan lingkungan terbuka dan penuh kehangatan. Ia mengaku diterima dengan baik oleh teman dan dosen tanpa ada perlakuan berbeda.

“Kami merasa tidak dibedakan di kampus maupun di asrama. Bahkan teman-teman mengajarkan saya memakai hijab. Ketika Lebaran, kami yang non-Muslim memasak di asrama agar teman-teman yang baru pulang shalat bisa langsung makan bersama,” tuturnya.

Dalam proses belajar, dukungan dari teman dan dosen membuat Sulastri semakin bersemangat. Ketika menghadapi mata kuliah yang berkaitan dengan agama, ia menyampaikan tidak pernah merasa kesulitan karena selalu ada bantuan dari mereka.

Kini, ia dinobatkan Wisudawan Terbaik ke-III Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UMJ. Bagi Sulastri, pengalaman belajar di UMJ menjadi perjalanan berharga yang tak hanya memperkaya pengetahuan, juga membentuk pandangan baru tentang keberagaman.

"Saya selalu bilang ke teman-teman perawat, UMJ adalah kampus yang menjunjung tinggi toleransi. Di sini, kita tidak hanya belajar tentang ilmu, tapi juga tentang bagaimana menghargai sesama,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement