Kamis 15 Aug 2019 07:27 WIB

Isu Enzo Anti-Pancasila Hanya Provokasi di Medsos

Untuk taruna Akmil, percayakan kepada Akmil TNI yang pasti profesional.

Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang.  Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Foto: Humas Pesantren Al Bayan
Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang. Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari meminta kegaduhan soal taruna Akademi Militer (Akmil), Enzo Zens Allie, disudahi. Terlebih, TNI sudah menegaskan bahwa Enzo akan tetap berada di Akmil dan sudah membuktikan kepancasilaannya.

"Sudahi polemiknya, kita kawal putra dan putri terbaik yang lolos agar kelak menjadi prajurit TNI yang profesional, berintegritas, cinta pancasila dan NKRI," kata Kharis, Rabu (14/8).

Kharis mengapresiasi langkah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa yang memastikan Enzo Zenz Allie tetap dipertahankan sebagai taruna di Akmil Magelang. KSAD, kata dia, bahkan menegaskan, berdasarkan analisis moderasi keberagamaan, Enzo mendapatkan nilai 84 persen. "Saya apresiasi langkah KSAD dan dukung terus langkah TNI," kata dia.

Kharis menilai Akmil adalah lembaga terakreditasi, terhormat, dan dijunjung tinggi sebagai kawah candradimuka putra dan putri terbaik NKRI. Ia yakin TNI tetap profesional dan kredibel. "Percayakan semua proses pada lembaga terkait. Untuk taruna Akmil, percayakan kepada Akmil TNI yang pasti profesional," ujar Kharis.

Soal polemik paham radikal yang sempat dituduhkan kepada Enzo, Kharis mengibaratkan, jika ada seseorang yang berfoto dengan sebuah buku marxisme, orang tersebut tidak bisa semena-mena dituduh sebagai seorang komunis. Isu antipancasila yang menyerang Enzo karena sebuah foto memegang bendera tauhid, menurut Kharis, hanya sebuah provokasi di media sosial. "Percayakanlah bahwa TNI pasti lakukan yang terbaik" kata Kharis.

Anggota DPR Fraksi PKS ini juga meminta agar warganet adil dan bertanggung jawab, terutama yang memfitnah Enzo. Kharis meminta siapa pun baiknya menghargai segala pilihan TNI terkait Enzo dan memulihkan nama baiknya. "Kita melihat bagaimana dampak media sosial dan literasi penggunaan media sosial dalam kasus Enzo, jangan mudah menilai, apalagi membuat opini sedemikian rupa," kata Kharis.

Anggota Komisi III soal Hukum dan HAM DPR, Nasir Djamil, juga meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto maupun pejabat TNI AD tidak terpengaruh dengan komentar negatif soal Enzo. "Baik di media sosial ataupun pendapat tokoh, terkait taruna Akademi Militer Enzo Zens Allie," kata dia.

Nasir pun meminta seluruh pihak tidak menghakimi Enzo secara sepihak, apalagi menuduh Enzo sebagai anti-Pancasila. Justru sikap menghakimi Enzo itu adalah sikap yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. "Para pejabat tinggi negara jangan menjadi paranoid dengan seorang Enzo," ujar dia.

Sementara, anggota Komisi I DPR RI, Evita Nursanty, menilai tindakan profiling yang dilakukan TNI terhadap Enzo sudah tepat. Bila hasil investigasi TNI menyatakan Enzo lolos, tidak ada lagi yang perlu dimasalahkan. "Kalau sekarang ini kemudian TNI sudah melakukan profiling terhadap Enzo dan dia katakan clear, ya silakan saja," ujar Evita.

Pada Selasa (13/8), TNI AD memastikan tarunanya, Enzo Zenz Allie, akan tetap melanjutkan pendidikan di Akmil. Keputusan itu diambil setelah TNI melakukan penilaian indeks moderasi bernegara terhadap taruna keturunan Prancis tersebut. TNI memang mendalami informasi yang menyebut Enzo simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Kesimpulannya, Enzo dilihat dari indeks moderasi bernegara itu ternyata kalau dikonversi jadi persentase itu 84 persen atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimal tujuh," ujar KSAD Jenderal Andika Perkasa.

Dengan hasil indeks moderasi bernegara Enzo yang Andika sebut cukup baik itu, TNI AD memutuskan untuk mempertahankannya sebagai taruna Akmil. Penilaian itu dilakukan tidak hanya terhadap Enzo saja, tetapi juga terhadap beberapa taruna lainnya. "Oleh karena itu, Angkatan Darat memutuskan untuk mempertahankan Enzo dan semua taruna Akmil yang kami terima beberapa waktu lalu sebanyak 364," ujar dia.

Tidak berlebihan

Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan, cibiran dan pujian terhadap Enzo sebaiknya dihentikan. Kasus Enzo sebaiknya tidak dibesar-besarkan sehingga dirinya bisa berfokus menjalani pendidikannya.

Khairul menilai usulan agar Enzo diberikan kesempatan menjadi duta taruna toleransi terlalu berlebihan. "Enzo ini tak boleh diistimewakan. Sudahi pujian maupun cibiran itu. Biarkan dia menjalani pendidikannya dengan wajar," ujar Khairul, Rabu (14/8).

Dia menyarankan agar anak muda seperti Enzo diberikan kesempatan memperbaiki diri. Sebab, Enzo adalah bagian dari masa depan negeri yang sedang belajar berdiri. "Jika posisi berdirinya salah, jangan patahkan kakinya. Ajari mereka bagaimana berdiri dengan baik dan benar," kata dia.

Khairul pun mengingatkan, TNI punya kemampuan dalam hal indoktrinasi. Jika memandang TNI terancam, malah justru tidak baik bagi masyarakat. "Ketika pendidikan dimulai, mereka semua ini kan di-nol-kan dulu untuk kemudian berproses, ditanamkan doktrin yang sesuai dengan norma-nilai di lingkungan TNI," kata dia. n arif satrio nugroho/dian erika nugraheny, ed: ilham tirta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement