Selasa 25 Jun 2019 12:23 WIB

Tadi Pagi Polusi Udara Jakarta Terburuk di Dunia

Hindari polusi udara buruk Jakarta dengan tak beraktivitas di luar ruangan dulu.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Indira Rezkisari
Polusi Udara Jakarta.Aktivis greenpeace melakukan aksi teatrikal terkait kualitas udara Jakarta di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Polusi Udara Jakarta.Aktivis greenpeace melakukan aksi teatrikal terkait kualitas udara Jakarta di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (5/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta menempati urutan ketiga dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data AirVisual pada Selasa (25/6), sekitar pukul 11.30 WIB. Bahkan pada pagi hari ini, Jakarta menempati posisi pertama.

AirVisual merupakan situs daring penyedia peta polusi. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan, sekitar pukul 06.30 WIB, Air Visual mencatat, nilai air quality index (AQI) Jakarta adalah 231 dengan kategori very unhealthy atau memengaruhi kesehatan masyarakat pada umumnya.

Baca Juga

AQI menjadi indeks yang menggambarkan tingkat keparahan kualitas udara di suatu wilayah. Menurut AirVisual, AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, seperti PM 2.5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.

Rentang nilai AQI dari 0 sampai 500. Semakin tinggi nilainya, maka semakin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Bahkan, kata Bondan, nilai AQI Jakarta masih berada di posisi unhealthy dengan nilai 173 pada siang hari.

"Bahkan dari data KLHK pun PM 2.5 jam 7 pagi tadi di atas 100 ug/m3," ujar Bondan kepada Republika, Selasa (25/5).

Bondan menjelaskan, berdasarkan data situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memantau di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), kondisi udara di Jakarta pada pagi hari dalam keadaan tidak sehat. Dengan nilai konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 100 mikrogram per meter kubik dan pada siangnya masih berada di kisaran nilai 63.

Keadaan polusi ini tidak sehat terlebih bagi orang-orang yang sensitif terhadap polusi udara. Mereka akan mengalami penurunan daya tahan tubuh jika berkegiatan di luar ruangan dengan kondisi polusi demikian. Kelompok orang yang sensitif ini sebaiknya tetap berada di dalam rumah dan membatasi diri beraktivitas di luar ruangan.

Dengan kondisi polusi udara yang seperti itu, AirNav dalam situsnya menyarankan masyarakat menggunakan masker. Selain itu disarankan menggunakan alat pembersih udara, tidak membuka jendela rumah, dan menghindari dulu berolahraga di luar rumah.

Hal itu juga disampaikan oleh Bondan. Sebab, data dari BMKG pun menunjukkan bahwa kualitas udara di DKI Jakarta berdasarkan parameter PM 10 sebesar 109 dengan kategori sedang.

"Untuk proteksi awal secara personal baiknya ya kita siapkan masker, harusnya sebenarnya ketika (berdasarkan) datanya, sepertinya kewenangannya di Kemenkes," kata Bondan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement