Jumat 22 Feb 2019 17:12 WIB

Ramai Kasus Difteri di Whatsapp, Kepala DKK Solo Klarifikasi

Dinas Kesehatan Solo meyakinkan tak ada kejadian difteri di kota tersebut.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Vaksin Difteri. Pelajar mendapat vaksinasi antivirus difteri yang diberikan petugas Kesehatan. (Ilustrasi).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Vaksin Difteri. Pelajar mendapat vaksinasi antivirus difteri yang diberikan petugas Kesehatan. (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kepala Dinas Kesehatan (DKK) Kota Solo, Siti Wahyuningsih, mengklarifikasi mengenai menyebarnya pesan di aplikasi pesan di ponsel cerdas mengenai kasus difteri di Solo. Dalam pesan yang menyebar tersebut menyebutkan terdapat ratusan kasus difteri di Solo.

Siti Wahyuningsih mengaku kaget dengan adanya informasi di pesan tersebut. Siti langsung mengonfirmasi jajaran puskesmas dan rumah sakit di Solo dan didapati informasi tersebut tidak benar.

Baca Juga

"Di Solo saat ini tidak ada kejadian difteri. Dua tahun lalu ada tapi bukan penduduk Solo tapi opname di rumah sakit dr Moewardi. Karena Moewardi ada di Solo, kami terlibat di surveilans," jelasnya kepada wartawan di kantor DKK Solo, Jumat (22/2).

Dia berharap, tahun ini tidak ada kasus difteri di Solo. Karenanya, DKK menggalakkan pencegahan dengan imunisasi kepada bayi dan anak-anak SD. Saat ini, jumlah bayi di Solo mencapai 11 ribu bayi, sedangkan pelajar SD sebanyak 200 ribu anak.

"Imunisasi difteri sudah rutin dilakukan kepada bayi dan anak-anak SD. Tahun ini cakupan tinggi hampir 100 persen," ungkapnya.

Meski demikian, DKK Solo tetap waspada dan hati-hati agar warga Solo tidak ada yang terkena difteri. Selain memberikan imunisasi kepada bayi dan anak-anak SD, DKK juga memastikan kualitas vaksin terjaga.

Siti menambahkan, DKK Solo juga bersedia memberikan vaksin difteri secara gratis kepada dokter swasta maupun klinik. Namun, syaratnya, rantai dingin dipelihara agar kualitas vaksin terjaga. Selain itu, DKK juga meminta laporan daftar pemberian suntik vaksin difteri kepada bayi dan anak-anak.

Karenanya, dia meminta kepada masyarakat agar tidak resah. Masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan diri, lingkungan sekitar serta menjaga daya tahan tubuh.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mengenali gejala penyakit difteri, antara lain, memiliki gejala demam mencapai 38 derajat celcius, terdapat selaput putih di tenggorokan yang mudah berdarah jika dilepas, serta terkadang terjadi pembengkakan pada jaringan lunak leher.

"Difteri bisa saja masuk, karena bisa menular kepada siapapun. Solo kan daerah pariwisata dan perdagangan, banyak orang ke Solo. Makanya kami sosialisasi kepada masyarakat tingkatkan kebersihan lingkungan dan gizi terjaga. Kalau orang imunitas baik, insyaaAllah tidal kena," paparnya.

Di sisi lain, cakupan imunisasi difteri sudah sebanyak 96 persen, artinya masih ada sekitar 4 persen yang tidak menerima imunisasi diftari. Jumlah 4 persen tersebut ada sebagian karena menolak vaksinasi. Sisanya karena kontraindikasi atau alergi sehingga tidak bisa menerima vaksin.

Siti menyebut, masih ada orang tua yang menolak anaknya diimunisasi, tetapi jumlahnya kecil. Padahal, DKK sudah melakukan sosialisasi kepada para orang tua yang menolak imunisasi tersebut. Semua orang tua yang menolak sudah membuat surat pernyataan.

"Imunisasi tidak bisa mencegah 100 persen, pasti ada kegagalan tapi cuma nol koma berapa persen. Tapi alhamdulillah di Solo tidak ada kejadian yang mengkhawatirkan, tapi yang menolak imunisasi mudah-mudahan sadar," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement