Senin 20 May 2024 23:30 WIB

Penyakit Difteri Bisa Sumbat Saluran Napas, Dinkes DKI Ingatkan Soal Imunisasi

Difteri ditandai dengan adanya peradangan selaput slauran pernapasan bagian atas.

Siswa kelas 1 mengikuti imunisasi Difteri Tetanus (DT). Penyakit difteri bisa dihindari melalui imunisasi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Siswa kelas 1 mengikuti imunisasi Difteri Tetanus (DT). Penyakit difteri bisa dihindari melalui imunisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengingatkan difteri bisa menyebabkan penyumbatan saluran napas. Penyakit difteri bisa dihindari melalui imunisasi.

"Difteri itu ada putih-putih di tenggorokan. Efeknya kalau di tenggorokan ada putih-putih, lama-lama putih-putih menebal menyebabkan pembengkakan, saluran napas kita tersumbat," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr Budi Setiawan dalam acara yang digelar daring, Senin (20/5/2024).

Baca Juga

Difteri merujuk Kementerian Kesehatan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diptheriae dan ditandai dengan adanya peradangan pada selaput saluran pernapasan bagian atas, hidung dan kulit. Penyakit ini ditandai demam yang tidak terlalu tinggi, lalu adanya selaput yang menutup saluran napas. Bakteri juga mengakibatkan gangguan jantung dan sistem saraf.

Difteri termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan imunisasi untuk mencegah penyakit ini sudah termasuk ke dalam program nasional imunisasi dasar lengkap, meliputi tiga dosis imunisasi dasar DPT-HB-Hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus influensa tipe b) pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian, satu dosis imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib saat usia 18 bulan, satu dosis imunisasi lanjutan DT (Difteri Tetanus) bagi anak kelas 1 SD/sederajat.

Lalu, satu dosis imunisasi lanjutan Td (Tetanus difteri) bagi anak kelas 2 SD/sederajat, dan satu dosis imunisasi lanjutan Td bagi anak kelas 5 SD/sederajat. Iwan mengatakan DKI Jakarta termasuk wilayah yang masih ditemukan difteri. Merujuk data pada 5 Mei lalu, terdapat 41 kasus suspek atau terduga difteri dan dari jumlah tersebut ada yang sudah terkonfirmasi.

"Dari 41 kasus itu sudah ada yang masuk konfirmasi ke laboratorium bisa ditangani dengan baik dengan status imunisasi lengkap dan penanganan dini," kata dia.

Dia menegaskan, riwayat imunisasi juga membantu pasien untuk sembuh lebih cepat dan terhindar dari kematian. "Imunisasi untuk pencegahan tapi bahasa pencegahan ini diperluas tidak hanya mencegah untuk tidak terjadi penyakit tapi di kalau sakit mencegah kesakitan yang panjang atau bahkan kematian," kata Iwan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement