REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahuddin menilai parpol-parpol pendukung perlu meniru Partai Demokrat dalam menghadapi Pemilu Serentak 2019 yang meliputi Pilpres dan Pileg. Sebab, itu bisa menyelamatkan parpol di Pileg 2019.
"Kalau parpol mau selamat, tirulah Demokrat. Strategi Demokrat yang membebaskan kadernya memilih capres-cawapres manapun, itu berpotensi mengerek elektabilitas partai yang bersangkutan," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (15/11).
Said melanjutkan, ikhtiar Demokrat ini sebetulnya juga tidak ada yang salah dari sisi aturan pemilu. Sebab, dalam UU Pemilu, parpol hanya diharuskan untuk mengampanyekan pasangan capres-cawapres dan bukan pasangan calon yang diusung.
"Nah, ikhtiar Demokrat ini dtinjau dari sisi aturan ini juga tidak melanggar. Jadi kalau ini ditiru oleh parpol yang lain, itu bisa membuka peluang parpol yang bersangkutan akan selamat dari kemungkinan gagal di Pileg," papar dia.
Said juga menyebut memang ada lima partai yang punya kursi di parlemen sekarang, yang terancam gagal lolos ke Senayan. Hal ini mengacu pada hasil riset dari Alfara, Populi Center dan Litbang Kompas.
Hasil riset pemilu dari lembaga ini, kata Said, memberi indikasi bahwa ada yang perlu diperbaiki dari strategi parpol pemilik kursi di DPR di luar Gerindra dan PDIP "Kenapa, karena misalnya kok hasil dukungan Golkar, Nasdem, PPP, dan Hanura kepada pasangan Jokowi itu ternyata tidak memberi dampak positif terhadap elektabilitas mereka di Pileg," ujarnya.
Tak hanya itu, kondisi ini juga dirasakan di koalisi parpol pendukung Prabowo-Sandi. "Jadi enggak ada manfaat elektoral dari dukungan parpol-parpol ini kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf atau Prabowo-Sandi. Jadi harus ada strategi yang diubah. Nah perubahan strategi itu sudah dilakukan oleh Demokrat," tuturnya.