Jumat 04 May 2018 19:04 WIB

Ada Tujuh Korban Pembagian Sembako yang Dibawa ke Tarakan

Rizki datang ke rumah sakit dalam keadaan kejang.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Teguh Firmansyah
Panitia membawa balon untuk dilepaskan saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Panitia membawa balon untuk dilepaskan saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya ada tujuh korban yang dilarikan ke RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, setelah mengikuti acara penukaran kupon dengan sembako yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI) di Monumen Nasional (Monas), Sabtu (28/4) lalu.

 

Menurut Wakil Direktur RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, dr Yudi Amiarno, ketujuh korban tersebut dibawa oleh petugas Satpol PP.  Dua dari ketujuh korban yang dilarikan ke RSUD datang dalam keadaan yang kritis. Keduanya yaitu M Rizki Saputra (10) dan Mahesa Junaedi (12), yang akhirnya meninggal dunia setelah diberikan perawatan oleh pihak rumah sakit.

"Di sini itu ada tujuh korban. Yang satu meninggal di hari yang sama. Yang satu meninggalnya besok itu Rizki. Rizki dirawat yang lainnya pulang. Mahesa meninggal agak malam, Jam 7," kata Yudi di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Jumat (4/4).

Yudi menceritakan, lima korban tidak datang dalam keadaan kritis sehingga besoknya diperbolehkan pulang. Namun ia tak mengungkapkan lebih detil ihwal lima korban tersebut.

 

Sementara itu, Mahesa meninggal pada hari yang sama saat ia dilarikan ke rumah sakit, dan Rizki sempat dirawat di ruang PICU. Pada saat datang ke rumah sakit, Rizki dalam keadaan muntah dan kejang-kejang.

 

Baca juga,  Panitia: Ada Miskomunikasi di Acara Bagi Sembako di Monas.

 

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara , keduanya kekurangan cairan dan kepanasan saat dilarikan ke rumah sakit. Bahkan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda bekas tubuh korban yang terinjak-injak seperti yang dikatakan oleh keluarga korban.

"Kalau dari segi medis kelihatannya tanda-tanda kepanasan dan kekurangan cairan, jadi seperti tanda-tanda heat stroke. Tanda-tanda klinisnya ya. Tapi kita kan gak tahu di lapangannya (kedua korban ini) kenapa-kenapa. (Ini) hasil pemeriksaannya, hasil dari yang kita selidiki," tambah Yudi.

Walaupun begitu, kematian kedua korban yang diakibatkan karena kepanasan dan kekurangan cairan baru bersifat hipotesis atau kemungkinan. Untuk memastikan secara pasti, perlu dilakukannya proses autopsi.

"(Itu baru) Kemungkinan. Kita gak bisa pastikan. Datang tanda-tanda itu (kepanasan dan kekurangan cairan) ada. Kalau mau tahu penyebab pasti ya autopsi," kata Yudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement