REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat latih aerobatik jenis Super Decathlon DL-30 bernomor registrasi PK-RTZ mengalami kecelakaan di Bandara Tunggu Wulung, Cilacap, Selasa (20/3). Kecelakaan tersebut merenggut nyawa Kolonel Pnb M.J. Hanafie, yang disebut-sebut sebagai salah satu penerbang TNI Angkatan Udara (AU) yang cemerlang.
"Keluarga besar TNI AU berduka mendalam atas kecelakaan pesawat latih aerobatik jenis Suber Decathlon DL-30 dengan nomor registrasi PK-RTZ milik Genesa Flight Academy (GFA)," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya saat dikonfirmasi, Rabu (21/3).
(Baca: Pesawat TNI Cassa 212 Tergelincir di Bandara Bandung)
Jemi menjelaskan, Hanafie merupakan salah satu penerbang tempur terbaik yang dimiliki TNI AU. Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 48 tahun silam itu merupakan lulusan Sekolah Penerbang Ikatan Dinas Pendek TNI AU tahun 1991.
"Saat terjadi kecelakaan, Kolonel Pnb M.J. Hanafie melakukan terbang aerobatik dalam rangka persiapan acara Wing Day (Wisuda Siswa) GFA yang rencananya akan dilaksanakan pada 28 Maret mendatang," terang Jemi.
Selama menjadi penerbang, Hanafie memiliki pengalaman menerbangkan pesawat tempur Mk-53 HS-Hawk, F-5E Tiger, F-16 Fighting Falcon dan Sukhoi Su-27/30 dengan sebutan "Jaguar". Almarhum juga pernah bergabung sebagai penerbang Tim Aerobatik "Elang Biru" dengan pesawat F-16 pada tahun 1995-1997.
Dalam perjalanan karirnya, Hanafie pernah menjabat sebagai Komandan Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) di Tanjung Pinang, Liaision Officer di Butterworth Malaysia, dan berbagai jabatan lainnya. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Paban II/Sismet Ditdok Kodiklatau di Jakarta.
"Almarhum memang memiliki hobi terbang meski sudah tidak berada di skadron operasional lagi. Hobi tersebut biasa dilakukan almarhum saat akhir pekan," jelas Jemi.
Menurut Jemi, Hanafie merupakan salah satu penerbang TNI AU cemerlang yang berkesempatan mencoba manuver "Cobra Pugachev" dengan pesawat tempur Sukhoi saat melaksanakan kursus transisi di Rusia. Manuver "Cobra Pugacev" merupakan sebuah manuver sulit yang menampilkan keunggulan aerodinamika pesawat dengan manuver terbang lurus kemudian tiba-tiba mendongak seperti ular kobra dan kembali pada posisi awal dan siap menyerang.