REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husudo mengingatkan media sosial kini sudah menjadi alat mobilisasi yang cepat merubah keyakinan seseorang. Media sosial, menurutnya, turut berperan dalam menjatuhkan banyak rezim di kawasan Timur Tengah.
"Kita menyaksikan Arab Spring yang menumbangkan banyak rezim di Timur Tengah seperti Khadafi di Lybia dan Hosni Mubarak di Mesir, serta kekacauan di Syiria dan Irak yang didorong oleh mobilisasi gerakan rakyat melalui sosmed," kata Siswono dihadapan ratusan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila Jakarta, Jumat (2/3).
Ia mengatakan dalam arena politik yang tidak terkendali oleh perkembangan sosial media, akan lebih baik bagi bangsa Indonesia jika masyarakatnya memiliki kematangan untuk membedakan berita hoaks dan bukan serta berita yang memang diperlukan. Oleh karena itu Siswono berharap agar masyarakat Indonesia dapat secara bijak menggunakan sosial media dengan baik dan benar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Namun yang jadi permasalahan saat ini adalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah. Dari jumlah angkatan kerja 127,67 juta orang sebnyak 47,37 persen lulusan SD dan SD kebawah.
"Masyarakat dengan pendidikan yang rendah sulit menyaring berita bohong dan hasutan," katanya.
Ia mengatakan menyebarnya ujaran kebencian antargolongan dapat membawa kehancuran sebuah negara seperti yang terjadi di Yaman, Afghanistan, Syiria, Irak, Libia, dan Mesir. "Sangatlah tepat keputusan MUI dan Munas NU yang mengharamkan ujaran kebencian," katanya.