Rabu 03 Jan 2018 01:02 WIB

Sukabumi Telusuri Lorong Bawah Tanah Peninggalan Belanda

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hazliansyah
Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz didampingi Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat memukul gong tanda launching pilkada serentak 2018 di Kota Sukabumi di Gedung Juang 45 Sukabumi, Ahad (19/11).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz didampingi Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat memukul gong tanda launching pilkada serentak 2018 di Kota Sukabumi di Gedung Juang 45 Sukabumi, Ahad (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUM -- Pemkot Sukabumi tengah melakukan ekpedisi lorong bawah tanah atau saluran air yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Meski sudah lama dibangun, keberadaan lorong tersebut hingga kini masih kuat bertahan.

"Saluran pembuangan air berupa got yang tinggi dibangun Belanda membentang di Kota Sukabumi," ujar Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz kepada wartawan Selasa (2/1).

Sarana yang kini disebut lorong bawah tanah ini membentang mulai dari mulai Toserba Yogya Jalan RE Martadinata, toko ABC hingga ke Jalan Pasundan.

Muraz mengungkapkan, saluran air yang dibangun pemerintahan Belanda mengikuti model yang dibangun di negara Eropa. Di mana ketinggian saluran air tersebut sekitar satu meter lebih. Sementara saluran air yang dibangun saat ini hanya sekitar 40 centimeter.

Di sisi lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi tengah melakukan identifikasi lorong bawah tanah di Kota Sukabumi. Lokasi survei berada di wilayah Kecamatan Gunung Puyuh dan Kecamatan Warudoyong.

"Ekspedisi lorong bawah tanah pada masa kolonial Belanda di sekitar pusat Kota Sukabumi untuk menguatkan dugaan keberadaan lorong bawah tanah," ujar Kepala Bappeda Kota Sukabumi, Rudi Djuansyah.

Keberadaan lorong ini merupakan hasil perkembangan pembangunan Kota Praja Kota Sukabumi tahun 1900-an.

Lorong bawah tanah ini lanjut Rudi, diasumsikan sebagai saluran drainase perkotaan pada saat itu. Pada masa kolonial Belanda, pemeliharaan lorong bawah tanah ini dilakukan oleh Dinas Pengelola Kota yang disebut dengan Blandweer.

Kegiatan ekspedisi lorong bawah tanah ini dilakukan untuk menyusun pemetaan data hasil survei dan identifikasi terhadap keberadaan lorong bawah tanah atau sistem drainase di lokasi sasaran. Selain itu memberikan rekomendasi mengenai keberadaan benda cagar budaya lorong bawah tanah di Kota Sukabumi, imbuh dia.

Penentuan sasaran identifikasi lorong bawah tanah mengacu pada peta aliran air yang ditertibkan oleh Leiden University pada tahun 1046. Diduga peta tersebut merupakan peta yang dirilis paling akhir terkait data aliran air di Kota Sukabumi versi kolonial Belanda.

Hasil ekspedisi sementara menunjukan terdapat 20 titik lokasi lorong bawah tanah di wilayah Kecamatan Gunung Puyuh dan Kecamatan Warudoyong. Lorong ini berupa terowongan air yang dibangun pada masa kolonial Belanda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement