Rabu 20 Dec 2017 17:09 WIB

Mensos Sebut Kesetiakawanan Lebih Tajam dari Senjata

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hazliansyah
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kanan) disaksikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kedua kanani) menyalami Gubernur Sumatera Utara Tengku Ery Nuradi (ketiga kanan) setelah penyematan Satya Lencana Kebaktian Sosial pada puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2017 di Makodam V Brawijaya Surabaya, Jawa Timur, Rabu (20/12).
Foto: Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kanan) disaksikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kedua kanani) menyalami Gubernur Sumatera Utara Tengku Ery Nuradi (ketiga kanan) setelah penyematan Satya Lencana Kebaktian Sosial pada puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2017 di Makodam V Brawijaya Surabaya, Jawa Timur, Rabu (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2017 digelar di Lapangan Kodam V Brawijaya, Surabaya, Rabu (20/12) yang diikuti 10 ribu peserta. Hadir pula Gubernur Jatim Soekarwo, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan juga Menko PMK Puan Maharani, yang menggantikan Presiden Joko Widodo.

Dalam sambutannya, Khofifah mengisahkan, sejarah membuktikan semangat kesetiakawanan sosial telah menyertai perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Bahkan, jauh sebelum bangsa ini merdeka.

"Di masa perjuangan merebut kemerdekaan, kesetiakawanan sosial menjadai alat perjuangan bangsa melawan penjajan. Baik di medan pertempuran maupun di meja perundingan," kata Khofifah saat membacakan sambutan.

Kesetiakawanan sosial juga menurutnya merupakan satu kekuatan yang sangat dahsyat yang dimiliki para pejuang bangsa Indonesia. Bahkan, kesetiakwanan melebihi ketajaman peluru dan bambu runcing.

Karena, lanjut Khofifah, kekuatan kesetiakawanan sosial tidak terletak pada hebatnya senjata yang digunakan dalam peperangan. Tapi, justru kekuatan yang paling hakiki adalah pada jiwa yang disemangati oleh rasa senasib, dan seperjuangan yang diaktualisasikan dalam bentuk perlawanan heroik kepada para penjajah.

"Warisan terbaik para pahlawan bangsa bukanlah politik ketakutan, melainkan politik harapan. Bahwa seberat apapun tantangan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada, tidak akan menyurutkan semangat perjuangan," ujar Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement