Selasa 28 Nov 2017 09:18 WIB

Kongres Alumni 212 untuk Persatuan dan Kekuatan Umat

Rep: Muhyidin, Novita Intan/ Red: Elba Damhuri
Ribuan umat Islam mengikuti aksi super damai 212 di Lapangan Monas, Jumat (2/12).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ribuan umat Islam mengikuti aksi super damai 212 di Lapangan Monas, Jumat (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertempat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kongres Nasional Alumni 212 akan digelar pada 30 November-1 Desember 2017. Panitia Kongres Nasional Alumni 212 H Novel Bamu'min mengatakan, kongres ini diselenggarakan untuk menghimpun kembali kekuatan umat Islam.

"Tujuan umum diadakannya Kongres Nasional Alumni 212 adalah untuk menghimpun kembali kekuatan umat Islam dalam berbagai aspek, juga mengingatkan kembali akan indahnya semangat kebersamaan dan persatuan," ujar Novel dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (27/11).

Selain itu, lanjut dia, kongres ini juga akan menyikapi kondisi politik, sosial, hukum, dan berbagai perkembangan terkini di Indonesia. “Mengingat para pendiri bangsa Indonesia adalah para ulama, maka sudah seharusnya kita merawat, menjaga, dan mempertahankan NKRI ini," ujar dia.

Penyelenggaraan kongres ini rencananya akan disusul dengan Reuni Akbar Aksi 212 di Lapangan Monas, Jakarta, Sabtu (2/12) mendatang.

Dalam pandangan ulama sekaligus cendekiawan Muslim Prof KH Didin Hafidhuddin, kongres tersebut merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kembali semangat umat Islam.

"Kongres 212 merupakan kegiatan yang sangat bermomen, bisa menjadi kekuatan umat Islam. Contohnya saja dalam pemilihan gubernur (DKI Jakarta) kemarin, terpilih pemimpin yang Muslim, Anies dan Sandi," ujar Kiai Didin.

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini, Kongres Nasional Alumni 212 juga bermanfaat menyadarkan umat Islam untuk bisa membangun ekonomi, politik, dan hubungan kemasyarakatan. Misalnya di bidang ekonomi, saat ini sudah banyak terbentuk koperasi berbasis syariah.

"Jadi, melalui kongres ini bisa hidupkan kembali ekonomi secara berjamaah, ya, bukan ekonomi secara individu," kata Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini.

Di sisi politik, ia menyarankan masyarakat untuk memilih pemimpin dari latar belakang agama yang dianutnya. Hal itu penting karena pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden sudah semakin dekat.

"Umat Islam harus percaya diri dengan pemimpin. Pertama harus dilihat Muslimnya, selain dari jujur," ujar dia.

Ia juga menekankan, kongres ini bukan sebuah bentuk golongan, kelompok, atau organisasi. Menurut dia, kongres ini sebagai bentuk kekuatan umat Islam dalam mengendapkan semangat umat Islam.

Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Islam (Persis) Aceng Zakaria menilai Kongres Nasional Alumni 212 memiliki makna yang baik bagi umat Islam. Setidaknya, kongres ini bisa lebih mempersatukan umat Islam di Indonesia.

"Saya belum dapat perkembangan terbaru, tetapi saya berharap kongres ini bisa menjalin tali silaturahim, menyatukan umat Islam agar lebih damai," ujarnya.

Terkait Reuni Akbar Aksi 212, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, menolak ambil bagian dalam kegiatan itu. "Muhammadiyah tidak akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti itu (demo), kita lebih baik produktif," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di aula PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (24/11).

Menurut dia, kegiatan tersebut tidak termasuk dalam konteks dan kebiasaan jamaah Muhammadiyah. Ia menilai lebih baik melakukan hal-hal yang lebih produktif, seperti merayakan hari kemerdekaan Indonesia. "Kami (Muhammadiyah) tidak akan bereuni. Saya tegaskan, kami tidak akan dukung, apalagi demo. Lebih baik kita reuni 17 Agustus 1945 saja.’’

(Pengolah: Wachidah Handasah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement