Jumat 14 Jul 2017 16:10 WIB

Rumah Konseling Orang Tua dengan Anak Difabel di Malang

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hazliansyah .
 Sejumlah anak berkebutuhan khusus mengikuti upacara penutupan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV yang diadakan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Sejumlah anak berkebutuhan khusus mengikuti upacara penutupan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV yang diadakan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (24/10)

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MALANG -- Pemerintah Kota Malang meresmikan Paguyuban Orang Tua Penyandang Disabilitas di Kecamatan Kedung Kandang, Jumat (14/7). Paguyuban ini nantinya berfungsi sebagai tempat konseling para orang tua yang memiliki anak difabel.

Perwakilan dari Yayasan Bhakti Luhur Malang, Theresia Tutik menerangkan, Kecamatan Kedung Kandang merupakan lokasi kedua di Kota Malang yang memiliki paguyuban orang tua penyandang disabilitas. Paguyuban bernama "Mutiara Kasih" ini nantinya akan memberikan penguatan mental pendamping orang tua penyandang disabilitas.

Menurut Theresia, di kecamatan Kedung Kandang terdapat 234 difabel yang membutuhkan pendampingan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 133 anak sudah di-assasement untuk mengetahui kebutuhan mereka. Paguyuban ini juga didirikan dalam rangka memberikan konseling kepada orang tua penyandang disabilitas yang membutuhkan.

"Sehingga mereka dapat lebih sabar dalam merawat dan membimbing anak-anaknya," kata Theresia.

Pada kesempatan yang sama, Wali Kota Malang Mochammad Anton menyampaikan apresiasi yang tinggi pada pengurus paguyuban dari kecamatan Kedung Kandang yang mau peduli terhadap penyandang disabilitas. Menurut dia, masyarakat sudah seharusnya sadar dan bersama-sama mendampingi anak-anak penyandang disabilitas. Dengan demikian nantinya mereka bisa mendapatkan hak-haknya seperti masyarakat lain pada umumnya.

"Saya berharap agar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait segera mengambil tindakan konkret akan terpenuhinya pendidikan yang layak dan inklusif bagi penyandang disabilitas," tegas pria yang biasa disapa Abah Anton ini.

Abah Anton menjelaskan, anak-anak disabilitas harus mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya. Dalam hal ini termasuk menerima kehadiran mereka di dunia pekerjaan pada umumnya.  

Dia juga berpesan pada pimpinan kecamatan untuk menyediakan ruang untuk kebutuhan anak-anak disabilitas di setiap program kerjanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement