Kamis 08 Dec 2016 14:20 WIB

Puing-Puing Reruntuhan Akibat Gempa Pidie Jaya Mulai Dibersihkan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Warga menyaksikan puing bangunan pasar Meuredu yang rubuh akibat gempa di Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12). Hingga hari kedua pasca gempa bumi, tim Basarnas dibantu aparat TNI/Polri dan para relawan masih melakukan upaya pencarian serta evakuasi korban yang
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga menyaksikan puing bangunan pasar Meuredu yang rubuh akibat gempa di Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12). Hingga hari kedua pasca gempa bumi, tim Basarnas dibantu aparat TNI/Polri dan para relawan masih melakukan upaya pencarian serta evakuasi korban yang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pencarian dan penyelamatan korban gempa terus diintensifkan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei bersama Menteri PU Pera, Menteri Kesehatan dan pejabat lain dari Kementerian Sosial, Basarnas dan lainnya sudah berada di Pidie Jaya untuk membantu penanganan darurat.

Willem telah memberikan arahan terkait penanganan tanggap darurat. Posko tanggap darurat, media center, struktur komando tanggap darurat dan koordinasi dengan berbagai pihak segera dilakukan. "Personel baik dari pemerintah, TNI, Polri, relawan dan masyarakat saling bersinergi untuk mengevakuasi korban yang kemungkinan masih tertimbun reruntuhan," Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (8/12).

Berdasarkan laporan dari BPBA Aceh dan BPBD Pidie Jayata di pencatatan pusat hingga Kamis (8/12) pukul 09.00 WIB jumlah korban 102 orang tewas, 700-an luka-luka dan 3.267 masyarakat mengungsi akibat gempa 6,5 Skala Richter (SR) di Kabupaten Pidie Jaya, Pidie dan Bireueun. Sutopo menyebut banyaknya masyarakat yang mengungsi dikarenakan rumah mereka mengalami kerusakan dan sebagian besar tidak mungkin lagi untuk ditempati.

Memasuki hari kedua, kata dia, puing-puing reruntuhan sudah mulai dibersihkan untuk memperlancar jalur transportasi. Kerusakan akibat gempa ini tercatat 105 ruko roboh, 19 ruko rusak berat, 5 ruko rusak ringan, 429 rumah rusak (348 rusak berat, 42 rusak sedang, 39 rusak ringan), 14 Masjid rusak berat, 6 unit mushola rusak, 1 unit bangunan RSUD Pidie rusak berat, 1 unit bangunan Kampus STAI Al-Azziziyah Mudi Mesra Roboh, 3 unit bangunan pesantren rusak.

Pada Rabu (7/12) Gubernur Aceh telah mengeluarkan status tanggap darurat bencana skala provinsi selama 14 hari dari 7 hingga 20 Desember 2016. Penetapan status darurat skala provinsi di karenakan dampak gempa yang terjadi di tiga  Kabupetan yaitu Pidie Jaya, Bireun dan Pidie.

Dalam masa tanggap darurat ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di pengungsian.

TNI hari ini direncanakan akan mendirikan rumah sakit lapangan di Pidie Jaya untuk menangani korban luka yang masih ada. BNPB sendiri pada sore ini mengirimkan bantuan senilai Rp 3,5 miliar dalam bentuk tenda posko sebanyak 10 buah, genset kapasitas 2.800 watt sebanyak 10 unit, permakanan, family kit dan lainnya dengan menggunakan pesawat terbang cargo dari Landasan Udara Halim Perdanakusuma ke Bandara Blang Bintang. Begitu juga dari kementerian atau lembaga yang lain telah banyak menyalurkan bantuan ke korban gempa.

"Kendala lapangan yang masih dihadapi adalah ketersediaan alat berat dan jalan yang terlalu sempit untuk dilalui oleh alat berat," kata Sutopo. Lebih dari 1460 personel terlibat dalam proses darurat gempa ini, baik personil yang berasal dari unsur BNPB, BPBD, TNI/Polri, kementerian/lembaga, dinas, relawan dan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement