REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan hasil survei yang menyebutkan tingkat keterpilihan Ahok kurang 50 persen, mengindikasikan ada jarak dengan masyarakat. Menurutnya, kebijakan Ahok yang belakangan ini membuat elektabilitasnya kian merosot.
"Sebagian kalangan yang tidak menyukai Gubernur mungkin lebih disebabkan kebijakan dan catatan prestasi yang tampaknya kurang mengesankan di mata mereka," kata Firman dihubungi dari Jakarta, Senin (10/10).
Sebagian lain yang tidak menyukai calon yang sedang menjabat itu bisa juga karena melihat sikap yang kadang menunjukkan kekasaran dan kesombongan. "Namun, sikap dan kebijakan gubernur itu yang menjadi perhitungan penting terkait dengan jarak gubernur yang kembali mencalonkan diri dengan masyarakatnya," tuturnya.
Sebelumnya Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei tentang tingkat keterpilihan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bersaing pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Menurut survei LSI, tingkat keterpilihan Ahok-Djarot adalah 31,4 persen, disusul Anies-Sandiaga 21,1 persen dan Agus-Sylvi 19,3 persen.
Sedangkan Populi Center merilis survei tingkat keterpilihan dengan hasil Ahok-Djarot 45,5 persen, Anies-Sandiaga 35,5 persen dan Agus-Sylvi 15,8 persen. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan diikuti tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Nasdem. Kemudian Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.