Jumat 24 Jun 2016 14:52 WIB

Pengungkapan Kasus Vaksin Bayi Palsu Habiskan Waktu Tiga Bulan

Pemberian vaksin polio pada anak
Foto: BBC
Pemberian vaksin polio pada anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terbongkarnya kasus vaksin bayi palsu oleh Bareskrim Mabes Polri merupakan tindak lanjut dari informasi yang beredar di masyarakat dan media massa. Butuh waktu berbulan-bulan bagi Bareskrim Polri untuk mengungkap produsen pembuat vaksin bayi palsu di Pondok Aren Tangerang Selatan. “Kasus ini sudah kami selidiki sejak tiga bulan lalu dan sekarang terungkap,” kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya dalam siaran pers yang diterima Republika, Juma (24/6).

Agung mengatakan praktik pembuatan vaksin bayi palsu sudah berlangsung selama belasan tahun. Dia mengungkapkan ada indikasi keterlibatan pihak rumah sakit, apotik, dan bidan dalam kasus ini. “Untuk Rumah Sakit tertentu, apotik dan bidan, sudah ada yang terindikasi terlibat,” ujar Agung. 

Sejauh ini polisi telah mengamankan 10 orang tersangka dalam kasus praktik peredaran vaksin palsu untuk balita. "Total tersangka kasus ini ada 10 orang terdiri dari lima orang produsen, dua kurir, dua penjual dan satu orang pencetak label," ungkap dia.

Peredaran vaksin bayi palsu menjadi kasus criminal yang mengusik rasa kemanusiaan. Agung meminta masyarakat dan pelaku kesehatan lebih berhati-hati dalam memilih vaksin kesehatan bagi anak-anak. “Terungkapnya vaksin bayi palsu ini juga telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Ini yang harus Kita ungkap Dan telusuri hingga ke akarnya,” janji Agung.

Sebelumnya Bareskrim Polri akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan guna mendata jumlah balita yang ditengarai pernah divaksin menggunakan vaksin palsu. Langkah ini ditempuh menyusul terkuaknya praktik peredaran vaksin palsu untuk balita.

"Kami akan koordinasi dengan Kemenkes untuk mendata balita-balita yang pernah mendapat vaksin palsu agar bisa dipulihkan kondisinya dengan pemberian vaksin asli,"  ujar Agung.

Agung mengatakan, pihaknya telah mengirimkan sampel vaksin palsu ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) untuk diperiksa komposisi kandungannya. “Kami lagi periksa sampel vaksin di Labfor. Kami juga mengirimkan sampelnya ke BPOM untuk diidentifikasi komposisi zat-zatnya," tutur dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement