Rabu 20 May 2015 07:31 WIB

Beda Pendapat Sudirman Said-SBY Kaburkan Gagasan Perangi Mafia Migas

Rep: Agus Raharjo/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristyanto.
Foto: Antara
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik antara Sudirman Said dengan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) soal pembubaran Petral harusnya diubah jadi hal positif. Sebab, kalau hal ino dibiarkan terus, justru akan membuat senang mafia migas.

Bahkan, hal itu seolah mengaburkan gagasan memberantas mafia migas. "Menurut saya justru mengaburkan gagasan awal untuk memerangi mafia migas," kata Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristyanto di Jakarta, Selasa (19/5).

Menurut Hasto, SBY sebagai Presiden RI dua periode dan mantan Menteri ESDM, memiliki informasi soal migas dan mampu berkontribusi memerangi mafia migas di Indonesia. PDIP mengusulkan agar keduanya duduk bersama membahas sumber minyak digunakan semaksimalnya untuk kemakmuran rakyat. Jadi, kedaulatan energi di Indonesia dapat diwujudkan.

Menurut Hasto, sudah lebih dari 100 tahun sumber energi nasional tidak berdikari. Padahal, Indonesia memiliki kemampuan untuk membangun kilang minyak sendiri. Itupun dengan catatan ada political will dari pemerintah. Hasto mengatakan, SBY seharusnya juga tidak menutup mata terjadinya inefisiensi minyak di Indonesia. Bahwa dalam impor minyak nasional ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan pribadi.

PDIP bercita-cita agar Indonesia mampu berdaulat dalam bidang energi. Ini sangat mutlak harus dipenuhi oleh Indonesia. Hal ini dapat dilakukan karena banyak kontrak migas yang akan habis dalam waktu dekat. "Bagi kita duduk bersama agar kontrak yang akan habis itu kita kembalikan pada spirit pasal 33 UUD 1945," imbuh Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement