REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY memperkirakan akan terjadi inflasi level rendah di Jawa Tengah.
"Meskipun sebelumnya sempat terjadi kenaikan harga beras tetapi kami memproyeksikan ke depan harga beras ini akan stabil, sehingga kalaupun terjadi inflasi maka hanya berada di level rendah," kata Kepala BI Kanwil Jateng-DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, Kamis (5/3).
Menurut dia, terjadinya inflasi tersebut juga merupakan dampak dari kenaikan harga BBM untuk premium dan pertamax yang naik sebesar Rp 200/liter dan elpiji 12 kg yang mengalami kenaikan sebesar Rp 5.000/tabung.
Di sisi lain, faktor yang menekan inflasi tidak berada di level tinggi adalah komoditas cabai yang juga berkontribusi besar terhadap inflasi sudah mulai lancar pasokannya. Selain itu, pada bulan ini sejumlah daerah sudah mulai memasuki musim panen padi.
Meski demikian, pihaknya juga menyampaikan bahwa publik perlu mewaspadai dampak lanjutan dari terjadinya kenaikan harga BBM dan elpiji tersebut. Diharapkan, masyarakat mulai terbiasa terhadap fluktuasi sehingga tidak terlalu berdampak terhadap terjadinya inflasi.
Sementara itu, BI memprediksikan produksi manufaktur akan meningkat khususnya ekspor seiring dengan pulihnya perekonomian Amerika Serikat.
Seperti diketahui, AS merupakan salah satu pasar terbesar ekspor dari Jateng selain Tiongkok dan Jepang.
"Pada dasarnya hampir semua sektor ekonomi di Jateng akan mengalami peningkatan memasuki triwulan II ini, harapannya kondisi tersebut bisa terus berlangsung," katanya.
Selain itu, dari sisi produksi diharapkan ekspor bisa terus meningkat sehingga bisa menekan angka inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi seperti saat ini, BI memprediksi inflasi tahunan pada tahun ini akan tetap terkendali yaitu di level 4 persen +/-1 persen.