Senin 16 Feb 2015 04:38 WIB

Ini Penyebab Regenerasi Kader Parpol di Indonesia Mampet

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bayu Hermawan
Siti Zuhro (kanan)
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Siti Zuhro (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini, partai-partai politik di Indonesia menggelar musyawarah nasional untuk memilih ketua umum. Nama-nama lama diprediksi akan kembali tampil sebagai ketua umum Parpol.

Seperti Wiranto yang telah resmi kembali memimpin Partai Hanura. Di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) April nanti hanya akan mengesahkan Megawati kembali menduduki kursi ketua umum.

Begitu juga dengan Partai Demokrat, dimana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kemungkinan besar akan kembali menjadi ketua umum. Sementara Hatta Rajasa, berpeluang besar kembali menjadi Ketua Umum PAN.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan dominasi pemilik atau pendiri partai masih kuat jika mengajukan diri menjadi ketua umum.

Menurutnya, kader muda tidak akan muncul selama pendiri partai masih muncul dan berkompetisi dalam perebutan kursi ketua umum. Sebab akan muncul 'ewuh pakewuh' atau sungkan dari kader muda pada pemilik partai. Seharusnya dominasi pemilik partai atau ketua umum tidak perlu ditonjolkan agar regenerasi kader berjalan lancar.

"Tidak perlu ada dominasi posis ketua umum supaya regenerasi Parpol tidak mampet," katanya pada Republika, Ahad (15/2).

Ia melanjutkan, memang di satu sisi parpol butuh sosok pemersatu kader. Selama ini hal itu diidentikkan dengan ketua umum. Namun, di sisi lain hal itu justru membuat kader muda tidak berani muncul selama dominasi pemilik partai yang jadi ketua umum masih ada.

"Cara pandang atau mindset seperti inilah yang harus diluruskan kalau parpol ingin menjadikan dirinya partai kader," ujarnya.

Dengan begitu, kata Zuhro, kaderisasi dapat berjalan lancar dan sirkulasi elit Parpol berlangsung efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement