REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menuding PDIP menggelembungkan suara di sejumlah TPS di Kelurahan Sukolilo Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Saksi PKS di Panitia Pemilihan Kecmatan (PPK) Mujiono, Rabu, mengatakan dugaan kecurangan ini terungkap saat dilakukan penghitungan suara di tingkat PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Sukolilo, Selasa (15/4) malam.
"Ketika dilakukan penghitungan suara di tingkat PPK, ternyata data dari saksi PDIP tak sesuai dengan data dari kelurahan," katanya.
Menemukan ketidaksesuaian atau kejanggalan seperti itu, saksi PKS langsung melakukan protes. Lantas dibuka plano D-1 untuk mengkroscek data, dan ternyata data PKS yang betul. Menurut dia, pihak PPS sempat mengelak adanya perubahan tersebut dengan alasan direvisi. Padahal, ketika saksi-saksi tanda tangan terakhir tak ada perubahan.
Model penggelembungan suara yang diduga dilakukan saksi PDIP adalah mengubah jumlah perolehan suara. Ia mencontohkan enam suara ditulis menjadi 16. "Model-model seperti ini kan rawan sekali, meski jumlah suara yang digelembungkan tidak besar. Suara partai (PDIP) dan caleg 644, tapi di tingkat kelurahan menjadi 727. Jadi ada penggelembungan 83 suara," katanya.
Mujiono mengakui, PKS sendiri sempat dituding balik melakukan penggelembungan itu. Pihaknya tidak menerima tudingan itu dan minta dilakukan pengecekan formulir D-1 di tingkat PPS. Ternyata formulir D-1 ini di kotak suara tak ada.
Selanjutnya, PPK meminta dimasukkan di dalam kotak suara. "Sebenarnya ini menyalahi prosedur karena formulir D-1 diambil semua. Di Sukolilo itu ada 8 TPS, tapi diubah menjadi 7 TPS," katanya.
Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono, ketika dikonfirmasi soal adanya penggelembungan suara PDIP di Kecamatan Bulak (Dapil 3) menuturkan, bahwa kondisi Pemilu 2014 ini cukup melelahkan, sehingga kesalahan menulis sangat tinggi di tingkat PPK maupun PPS. Tapi itupun ada tiga kontrol, yakni sistem hitung (Situng), formulir D-1 dan plano.
"Saya rasa itu hanya salah hitung saja karena faktor kelelahan fisik maupun mental," katanya.
Hal ini, lanjut dia, dikarenakan penghitungan dilakukan hingga larut malam. Jadi kalau hanya 83 suara itu tidak terlalu signifikan dan berpengaruh terhadap perolehan suara PDIP. "Kalau kita mau melakukan itu (penggelembungan suara), ya tidak akan tanggung-tanggung," kata Adi seraya mengakui bahwaa partainya menemukan fakta parpol lain juga banyak melakukan kesalahan hitung.
Dikatakannya, dalam Pemilu ini PDIP berusaha menjaga kedisiplinan di tengah persaingan tidak sehat. "Sampai saat ini kondisi itu tetap terjaga. Di internal PDIP, sesama caleg itu tidak tahu perolehan suaranya," katanya.
Sementara itu, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Surabaya akan memproses adanya informasi penggelembungan suara saat rekapitulasi di tingkat kelurahan. "Sampai saat ini belum banyak informasi adanya surat suara hilang atau penggelembungan suara. Tapi kami akan cari tahu. Jika terbukti kami akan usut," kata Ketua Panwaslu Surabaya Wahyu Hariyadi.