Senin 01 Jul 2013 00:50 WIB

300 Pemulung Gantungkan Nasib di TPA Marelan Medan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Ilustrasi)
Foto: Antara
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Sebanyak 300 pemulung menggantungkan nasib mereka pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Salah seorang petugas kebersihan Pemkot Medan, bermarga Simamora (48) di lokasi TPA Marelan, Ahada, mengatakan, para pemulung tersebut setiap hari sejak pagi hingga sore hari "bergelut" di lokasi penimpunan sampah.

Para pemulung itu, menurut dia, umumnya warga Medan kelihatan berjubel di lokasi sampah tersebut untuk mencari barang-barang bekas yang dibuang dan dianggap tidak berguna lagi oleh masyarakat.

Namun, ternyata benda-benda yang dianggap tidak terpakai dan berguna lagi, dikumpulkan oleh para pemulung dan dijual ke pengusaha yang khusus menampung barang bekas tersebut. "Barang tersebut berupa karton, bekas botol plastik minuman aqua, bekas minuman kaleng terbuat dari aluminium, sisa potongan besi, kantongan plastik, goni plastik dan lainnya," ujarnya.

Simamora mengatakan, kalau dilihat sepintas lalu, memang kehidupan pemulung di Kota Medan sangat memprihatinkan dengan hanya bermodalkan sepotong besi mengais sampah dan goni plastik, mereka mencari nafkah untuk anak-anak dan isteri mereka.

Bahkan, dari hasil pekerjaan menjual sampah itu, para pemulung tersebut bisa membiayai anak mereka yang masih bersekolah di bangku SD, SMP dan hingga SMA. "Apa yang dilakukan para pemulung itu sangat membanggakan dan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat," ucap dia.

Dia menyebutkan, pekerjaan pengumpul sampah itu tidak menghalangi anak-anak mereka untuk maju dan mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Ini adalah tekad bagi pemulung, agar anak-anak mereka kedepan hidup lebih baik. "Dalam satu hari, para pemulung tersebut bisa menghasilkan uang Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu," kata Simamora.

Bahkan, sebahagian dari anak para pemulung itu ada yang berhasil masuk menjadi TNI-AD, pegawai negeri sipil (PNS), pengusaha dan pekerjaan lainnya yang lebih baik. "Keterbatasan ekonomi seseorang tidak menghalangi anak mereka untuk maju, seiring dengan perkembangan zaman pada era globalisasi ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement