Jumat 15 Jun 2012 13:44 WIB

Minyak Tanah di Murung Raya Kalteng Capai 14 Ribu per Liter

Petugas kepolisian mengamankan belasan drum minyak tanah dan satu mobil tangki di salah salah satu lokasi penimbunan. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas kepolisian mengamankan belasan drum minyak tanah dan satu mobil tangki di salah salah satu lokasi penimbunan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURUK CAHU -- Warga di Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah mengeluhkan kenaikan harga minyak tanah yang mencapai Rp14 ribu per liter dari yang biasanya hanya Rp7.000 per liter.

"Saat ini warga menjerit harga minyak tanah tersebut, selain sulit dicari ditambah harganya masih mahal," kata seorang warga Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, Fauzi, Jumat.

Menurut Fauzi, tingginya harga minyak tanah ini melebihi harga eceran tertinggi (HET) masing-masing kecamatan yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Murung Raya berkisar Rp5.000 sampai Rp5.500 per liter.

"Kami minta pemerintah segera turun tangan atas tingginya harga minyak tanah ini, karena BBM jenis tersebut masih menjadi kebutuhan utama warga, mungkin karena akan diberlakukan konversi gas membuat pedagang banyak mengambil keuntungan," katanya.

Selain tingginya hanya minyak tanah, warga di kabupaten paling utara Kalteng ini juga meminta pemerintah daerah bertindak tegas terhadap penjualan BBM khususnya premium, terutama pada tingkat eceran di Puruk Cahu yang harganya mencapai Rp12.000 per liter.

"Padahal harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah setempat hanya Rp6.000 per liter," katanya.

Fauzi mengatakan, selain harga tinggi, persediaan premium di sejumlah agen premium, minyak tanah dan solar (APMS) di kabupaten paling pedalaman Sungai Barito sangat terbatas.

Pemerintah daerah harus segera melakukan penertiban dan mencari solusi terbaik sehingga harga premium kembali normal. "Kami minta pemerintah segera turun tangan untuk mengendalikan lonjakan harga BBM ini, karena sudah dikeluhkan masyarakat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement