REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Imparsial menilai peristiwa teror bom yang belakangan ini terjadi di kalangan masyarakat tidak terlepas dari kelemahan intelijen dalam mendeteksi aksi-aksi teror.
"Teror bom yang terjadi di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, Kantor BNN dan lainnya karena intelijen kita yang kurang sigap dan kurang canggih peralatannya," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (178/3).
Karena itu , lanjut Poengky Indarti , reformasi aparat intelijen melalui pembentukan undang-undang intelijen merupakan keharusan dan kebutuhan.
Imparsial meyakini peristiwa teror bom bukan tindakan kriminal biasa. Teror itu lebih memiliki motif politis tertentu mengingat bertujuan untuk memberikan rasa takut dan kegelisahan yang meluas di masyarakat.
Imparsial juga menilai teror dilakukan secara terencana dan sistematis serta dilakukan oleh orang atau kelompok yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melakukan teror bom.
Menurut dia, teror bom yang terjadi di kawasan Utan Kayu, yang juga mulai dialami masyarakat umum seperti tokoh Pemuda Pancasila, Yapto Soeryosumarno dan penyanyi, Ahmad Dhani, diduga ada pengaburan untuk meledek aparat kepolisian.
"Indikasinya seperti itu. Ini merupakan tantangan kepolisian untuk mengungkap siapa pelaku teror bom tersebut," katanya.