Senin 03 Nov 2025 16:17 WIB

Tantang Israel, Turki Kumpulkan Sekutu Muslim Siapkan Pasukan ke Gaza

Indonesia ikut serta dalam pembicaraan gencatan senjata Gaza di Turki.

Suar tentara Israel melayang di atas wilayah di Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 28 Oktober 2025.  Israel terus melakukan pelanggaran gencatan senjata di Gaza.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Suar tentara Israel melayang di atas wilayah di Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 28 Oktober 2025. Israel terus melakukan pelanggaran gencatan senjata di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri luar negeri dari beberapa negara Muslim akan bertemu di Istanbul pada Senin untuk membahas gencatan senjata di Gaza dan langkah selanjutnya di sana. Langkah ini menantang penolakan Israel terkait penempatan pasukan Turki di Gaza.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pada hari Jumat, keprihatinan mengenai potensi batalnya gencatan senjata di Gaza. Berbicara pada konferensi pers di Ankara, Fidan mengatakan pertemuan tersebut akan mencakup para menteri luar negeri dari negara-negara yang diwakili pada pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di New York pada bulan September.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Pertemuan yang membahas situasi di Gaza itu dihadiri oleh Turki, Qatar, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Yordania, Pakistan, dan Indonesia. Topik yang dibicarakan saat ini adalah bagaimana melanjutkan ke tahap kedua serta pembentukan pasukan stabilisasi di Gaza, kata Fidan. 

Reuters mengutip sumber Kementerian Luar Negeri Turki, Ankara akan mendesak para pejabat tersebut untuk mendukung rencana Palestina untuk mengambil kendali keamanan dan pemerintahan wilayah pesisir.

Menjelang pertemuan hari Senin, Fidan menemui delegasi Hamas yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, pemimpin perundingan dari Hamas. “Kita harus mengakhiri pembantaian di Gaza. Gencatan senjata saja tidak cukup,” kata Fidan, yang mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina yang berkepanjangan. “Kita harus menyadari bahwa Gaza harus diperintah oleh Palestina, dan bertindak dengan hati-hati,” tambahnya.

photo
Yahya Eid berduka atas jenazah keponakannya Shabaan Eid (10 tahun), yang syahid dalam serangan tentara Israel di kamp Bureij, saat pemakamannya di Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, Rabu, 29 Oktober 2025. - ( AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Selain kecamannya terhadap Israel, Turki juga berperan penting dalam mendukung Hamas, yang serangannya pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel memicu perang di Gaza.

Fidan, yang menuduh Israel mencari-cari alasan untuk melanggar gencatan senjata Trump, juga diperkirakan akan mengulangi seruan agar Israel mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang dilanda kelaparan dan puluhan ribu kematian akibat serangan tentara Israel.

Namun Israel telah lama memandang tawaran diplomatik Turki, termasuk terhadap Trump, dengan kecurigaan karena kedekatan negara tersebut dengan Hamas. Para pemimpin Israel telah berulang kali menyuarakan penolakan mereka terhadap Turki, anggota NATO dengan salah satu militer paling kredibel di kawasan itu, yang mempunyai peran apa pun dalam pasukan penjaga perdamaian internasional yang diperdebatkan di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement