REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan P. Roeslani, menilai KTT ASEAN 2025 merupakan momentum penguatan diplomasi investasi kawasan. Indonesia menyambut baik masuknya Timor-Leste sebagai anggota ASEAN.
Rosan ikut mendampingi Presiden Prabowo Subianto menghadiri KTT ASEAN ke-47 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, pada 26–28 Oktober 2025. Kegiatan ini disebut menandai babak baru dalam kerja sama regional Asia Tenggara, salah satunya dengan diterimanya Timor-Leste sebagai anggota penuh ASEAN ke-11.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Indonesia menyambut baik bergabungnya Timor-Leste sebagai anggota penuh ASEAN. Langkah ini tidak hanya memperluas kawasan ASEAN secara geografis, tetapi juga membuka peluang baru untuk kerja sama ekonomi di bidang infrastruktur, energi, pangan, dan digitalisasi. “Bergabungnya Timor-Leste sebagai anggota ASEAN merupakan momentum penting untuk memperkuat konektivitas ekonomi dan memperdalam arus investasi antarnegara di kawasan,” kata Rosan, dalam siaran pers, Sabtu (1/11/2025).
Hal ini sejalan dengan disepakatinya Bilateral Investment Treaty (BIT) antara Indonesia dan Timor-Leste pada 27 September 2025, yang akan memperkuat perlindungan bagi investor Indonesia, terutama BUMN yang telah berkontribusi besar dengan total nilai investasi mencapai USD 1,44 miliar di Timor-Leste.
Selain itu, kedua negara juga tengah membahas Memorandum of Understanding (MoU) mengenai kerja sama teknis di bidang promosi dan fasilitasi investasi antara Kementerian Investasi/BKPM dan TradeInvest Timor-Leste.
Langkah ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah Prabowo, yang dalam sesi KTT ASEAN+3 menekankan pentingnya memperkuat ketahanan ekonomi dan pangan kawasan melalui kerja sama konkret antarnegara anggota. Dalam konteks tersebut, menurut Rosan, diplomasi ekonomi dan investasi menjadi instrumen penting bagi Indonesia untuk memperkuat stabilitas kawasan serta menjaga peran sentral ASEAN di tengah dinamika global.
Kehadiran Rosan, dalam rangkaian KTT ASEAN 2025 ditandai dengan penyampaian closing remarks pada ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF). Forum ini mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga keuangan dalam upaya membangun kolaborasi lintas batas di bidang investasi, inovasi, serta transisi menuju energi hijau.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta Nugraha Mursitama, yang mendamping Rosan, menegaskan bahwa diplomasi investasi merupakan salah satu pilar penting dalam memperkuat posisi Indonesia dan ASEAN.
Menurutnya, diplomasi investasi adalah instrumen strategis yang memperkuat integrasi ekonomi kawasan melalui kerja sama yang saling menguntungkan. Dengan bergabungnya Timor-Leste ke ASEAN serta penguatan kolaborasi Indo-Pasifik melalui AIPF, Indonesia berkomitmen mendorong arus investasi yang inklusif, berkelanjutan, dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat di seluruh Asia Tenggara.
Tirta juga menjadi pembicara dalam The 3rd ASEAN Investment Forum (AIF) dengan tema “Smart Manufacturing – Investing in ASEAN’s Digital Industrial Future” serta High-Level Plenary: Strengthening ASEAN's Competitiveness in a Shifting Global Landscape.
Dalam kesempatan tersebut, Tirta menegaskan, kawasan industri di Indonesia telah menerapkan konsep smart manufacturing sebagai bagian dari strategi Making Indonesia 4.0 untuk mendorong transformasi manufaktur digital. Strategi ini menargetkan Indonesia masuk dalam Top 10 Ekonomi Dunia pada 2030, melalui penguatan infrastruktur digital, pengembangan SDM, dan pembangunan kawasan industri berbasis teknologi, seperti Batamindo Industrial Park serta kawasan industri di Semarang dan sekitarnya.