REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontroversi yang mewarnai Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia ternyata tak luput dari perhatian media internasional. Media olahraga asal Amerika Serikat, The Athletic, menyoroti kontroversi yang mengiringi jalan Arab Saudi dan Qatar berlaga di Piala Dunia 2026 Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada.
Kedua negara ini dituding mendapatkan keuntungan sebagai tuan rumah, meski format awal disebutkan pertandingan akan digelar di tempat netral.
Irak hampir memastikan tiket otomatis di Jeddah andai tendangan bebas Hasan Abdulkareem tak ditepis kiper Arab Saudi Nawaf Al-Aqidi. Hasil imbang 0-0 sudah cukup mengantar Arab Saudi lolos ke pesta sepak bola dunia tahun depan berkat kemenangan 3-2 atas Indonesia. Saudi unggul produktivitas gol atas Irak yang menang 1-0 atas Indonesia.
Irak kembali gagal lolos otomatis dan harus menjalani babak play-off bulan depan untuk memperebutkan tiket play-off berikutnya melawan tim dari konfederasi lain.
Di Doha, Qatar menang 2-1 atas Uni Emirat Arab (UEA) untuk merebut tiket otomatis dan mengirim lawannya ke jalur play-off menghadapi Irak. Hasil ini memicu kerusuhan di tribun karena suporter UEA memprotes sistem turnamen yang dinilai tidak adil.
Kedua tim yang lolos, Arab Saudi dan Qatar, sama-sama menjadi tuan rumah seluruh pertandingan di grup masing-masing pada babak keempat. Keputusan tersebut menimbulkan protes karena seharusnya pertandingan berlangsung di tempat netral.
Menurut pedoman FIFA, pertandingan pada babak round robin semestinya diundi secara acak atau ditentukan berdasarkan kesepakatan seluruh asosiasi peserta. Namun, AFC menetapkan dua negara Teluk itu sebagai tuan rumah tanpa penjelasan terbuka.
Pelatih UEA Cosmin Olaroiu menilai keputusan tersebut membuat persaingan tidak seimbang. “Semua tim seharusnya memiliki peluang yang sama. Tidak adil jika satu tim bermain di depan pendukungnya sendiri,” katanya dalam laporan The Athletic, Selasa (28/10/2025).
Pelatih Oman Carlos Queiroz juga menilai sistem tersebut tidak memberi keadilan bagi semua peserta. Ia menyebut keputusan AFC bertentangan dengan semangat kompetisi yang setara.
Selain keuntungan kandang, Arab Saudi dan Qatar juga memperoleh jadwal yang lebih ringan. Mereka mendapat waktu istirahat enam hari antar pertandingan, sementara tim lain seperti Irak, Oman, UEA, dan Indonesia hanya memiliki jeda tiga hari.