REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, membuat pernyataan kontroversial dengan menyindir Arab Saudi harus "terus menunggang unta" jika bersikeras meminta pembentukan negara Palestina sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel.
Dalam sebuah konferensi, politisi sayap kanan ini secara terang-terangan menolak ide pembentukan negara Palestina dengan nada merendahkan. Pernyataan ini langsung memicu gelombang kecaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan retorika yang provokatif, Smotrich menyatakan bahwa Israel tidak membutuhkan normalisasi dengan syarat-syarat seperti itu. "Teruslah menunggang unta di atas pasir gurun Saudi; kita akan terus berkembang dengan ekonomi dan negara kita," katanya.
Bahkan dengan lebih tegas ia menambahkan bahwa "entitas yang disebut Negara Israel" tidak akan pernah mendirikan negara Palestina, menunjukkan penolakan mutlak terhadap solusi dua negara yang didukung komunitas internasional.
Akibat tekanan yang meluas, Smotrich akhirnya mengeluarkan permintaan maaf melalui pernyataan video. Ia menyebut ucapannya sebagai "pernyataan yang tidak menguntungkan" dan menyatakan penyesalan atas segala pelanggaran yang mungkin ditimbulkannya.
Namun, permintaan maaf ini dianggap banyak kalangan sebagai langkah terpaksa setelah kerusakan diplomatis sudah terlanjur terjadi, sebagaimana diberitakan TRT World.
Reaksi keras datang dari berbagai politisi Israel sendiri. Pemimpin Oposisi Yair Lapid dengan cepat membedakan posisi pemerintah dengan menyatakan bahwa "Smotrich tidak mewakili Negara Israel" dalam pesan berbahasa Arab yang jelas ditujukan untuk audiens regional.
Sementara Benny Gantz, mantan menteri pertahanan, mengecam komentar tersebut sebagai cerminan "ketidaktahuan dan kurangnya rasa tanggung jawab".
Pernyataan Smotrich ini konsisten dengan rekam jejak politiknya yang ekstrem. Sebagai penghuni permukiman ilegal di Tepi Barat, ia secara konsisten menyerukan aneksasi wilayah Palestina dan melanjutkan perang di Gaza.