Jumat 03 Oct 2025 07:21 WIB

Tenun Badui Jadi Unggulan Banten di Inacraft 2025

Tenun Badui menjadi kekhasan Provinsi Banten.

Warga Suku Badui menenun kain.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga Suku Badui menenun kain.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Tenun Badui menjadi unggulan produk kerajinan Banten pada ajang The Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2025 di Jakarta, 1-5 Oktober, apalagi didukung dengan bertambahnya variasi warna dan corak.

Tenun ini dibuat oleh masyarakat adat Suku Badui di Pegunungan Kendeng, Provinsi Banten. Kain ini bukan hanya sekadar produk kerajinan, tetapi juga merupakan warisan budaya luhur yang sarat makna dan nilai historis. Proses pembuatannya dilakukan secara tradisional oleh kaum perempuan Badui, menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Baca Juga

Kekhasannya adalah menggunakan warna-warna alami seperti putih (dari kapas), biru kehitaman (dari nila), dan hitam (dari kulit jengkol), yang melambangkan kesucian dan keselarasan dengan alam. Motifnya juga sederhana, sering kali berupa garis-garis atau geometris.

Kain ini juga memiliki variasi warna dan motif yang lebih beragam. Seiring perkembangan, mereka mulai menggunakan pewarna sintetis dan motif yang lebih kompleks untuk menarik minat pasar.

Seluruh proses, mulai dari memintal kapas menjadi benang hingga menenun, dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana. Teknik menenun yang digunakan dikenal dengan nama gedogan.

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banten, Iwan Hermawan dalam keterangannya di Kota Serang, Kamis mengatakan pihaknya terus memberikan pembinaan serta dukungan fasilitas bagi para penenun Badui.

“Selain itu, kami juga memberikan bantuan alat tenun tradisional dan benang. Sehingga sampai saat ini, semua permintaan bisa dipenuhi,” ujar dia.

Menurut Iwan, peningkatan keterampilan para perajin sangat penting agar produksi mampu mengikuti tingginya permintaan pasar, baik di tingkat nasional maupun internasional. “Tenun Badui bukan sekadar produk fesyen, tapi warisan budaya yang bisa mengangkat ekonomi masyarakat,” katanya.

Ketua Dekranasda Banten, Tinawati Andra Soni, menegaskan kualitas wastra Banten telah lolos kurasi sehingga siap bersaing di pasar global. “Setiap produk yang dipamerkan sudah melalui kurasi dari Dekranas, sehingga memiliki kualitas tinggi,” ujarnya.

Ia menilai tenun Badui menjadi salah satu identitas kuat Banten dalam pameran kerajinan terbesar di Asia Tenggara itu. “Ini bisa menjadi contoh dan inspirasi untuk terus dikembangkan,” katanya.

Salah seorang pembeli, Diana, mengaku kagum dengan perkembangan tenun Badui. “Apalagi warna dan corak yang ditampilkan saat ini sudah beragam,” ujarnya. Menurut dia, kualitas yang ditawarkan mampu bersaing dengan produk-produk lain di Indonesia.

Dengan semakin dikenalnya tenun Badui di pasar nasional dan internasional, Dekranasda Banten berharap masyarakat Badui dapat merasakan manfaat ekonomi secara langsung. Tinawati menegaskan, “Yang lebih baik, bisa kita terapkan di Banten.”

Inacraft Oktober 2025 berlangsung 1–5 Oktober di Jakarta Convention Center menghadirkan 975 stan UMKM dari seluruh Indonesia dengan tema “Craft, Culture, and Future.” Melalui ajang ini, Banten berupaya memperkuat posisinya sebagai salah satu pusat kerajinan nasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement