Rabu 23 Jul 2025 18:18 WIB

Pemilik Dapur MBG Jatiasih Beri Saran Cegah Siswa Keracunan

Program MBG memiliki niat baik, namun menyimpan kelemahan pada tataran pelaksanaan.

Peresmian Dapur MBG Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, dihadiri sejumlah menteri Kabinet Merah Putih.
Foto: Republika
Peresmian Dapur MBG Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, dihadiri sejumlah menteri Kabinet Merah Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilik Dapur MBG Jatiasih, Kota Bekasi, Nofalia Heikal Safar ikut merespons beberapa kasus keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah. Selaku Ketua Umum Garuda (Gerakan Dapur Indonesia), ia menegaskan, program MBG harus dikelola secara profesional.

"Apalagi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) merilis data temuan di lapangan hingga pertengahan bulan Mei 2025, tercatat ada 17 kejadian luar biasa yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia." ujar Nofalia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/72025) 

Baca Juga

Menurut dia, dalam menjalankan program prioritas Presiden RI Prabowo Subianto itu, tata kelola yang mumpuni harus dijaga, diikuti, kedisiplinan dan kebersihan dalam mengolah bahan makanan. Pun sejak pengadaan, seleksi barang baku berkualitas, persiapan, proses pemasakan, pemorsian, hingga pengiriman sampai tujuan, wajib dikontrol ketat.

"Harapan saya sebagai  ketum Garuda ke depannya semoga tidak ada lagi dapur-dapur MBG bermasalah hingga menyebabkan keracunan pada anak-anak pelajar," kata Nofalia.

Atas dasar itu, ia mengajak mitra atau penyelenggara dapur MBG di seluruh Indonesia, wajib mendukung sepenuhnya program Presiden Prabowo tersebut. Tujuannya demi memastikan pendistribusian makanan dengan kualitas terbaik empat sehat lima sempurna dilakukan secara cermat, cepat, dan efisien.

Selanjutnya, Nofalia Heikal mengutip pernyataan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Prof Taruna Ikrar bahwa lembaganya telah berkomitmen untuk memberikan pendampingan pada petugas yang berhubungan dengan dapur. "Langkah ini sangat penting untuk memutus rantai risiko dari hulu ke hilir, " ucap Nofalia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement