Senin 10 Nov 2025 14:13 WIB

Nitrit Ditemukan Sebagai Penyebab Insiden Keracunan MBG di Lembang Bandung Barat

Temuan ini sekaligus membantah spekulasi bahwa insiden disebabkan oleh kualitas air.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Mas Alamil Huda
Para siswa korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Puskesmas Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (29/10/2025). Seratus lebih pelajar dari sejumlah sekolah di Cibodas mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG. Mereka merasakan mual dan muntah hingga harus mendapat perawatan medis. Para pelajar tersebut berasal dari tiga sekolah, yaitu SDN 2 Cibodas, SDN Buahbatu dan SMPN 4.
Foto: Edi Yusuf
Para siswa korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Puskesmas Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (29/10/2025). Seratus lebih pelajar dari sejumlah sekolah di Cibodas mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG. Mereka merasakan mual dan muntah hingga harus mendapat perawatan medis. Para pelajar tersebut berasal dari tiga sekolah, yaitu SDN 2 Cibodas, SDN Buahbatu dan SMPN 4.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) menyimpulkan bahwa penyebab insiden keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Oktober lalu adalah tingginya kadar nitrit dalam makanan. Temuan ini sekaligus membantah spekulasi bahwa insiden disebabkan oleh kualitas air.

“Kesimpulan ini kami peroleh berdasarkan hasil rapid test dan uji air bersih dari Labkesmas Bandung Barat, serta penjelasan dari Kepala SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi),” ujar Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Arie Karimah Muhammad, di Jakarta, Ahad (9/11/2025).

Baca Juga

Tim Investigasi menemukan kandungan nitrit pada hidangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berasal dari SPPG Kayu Ambon dan SPPG Cibodas 2, Bandung Barat. Di SPPG Kayu Ambon, nitrit positif terdeteksi pada menu tumis pakcoy yang merupakan sisa makanan di sekolah. Menu MBG di sekolah tersebut terdiri dari nasi putih, ayam betutu Bali, tahu goreng, tumis pakcoy bawang putih, dan pisang.

Sementara itu, di SPPG Cibodas 2, nitrit positif ditemukan pada nasi putih, tumis wortel, jagung mini putren, dan kembang kol, baik pada bank sampel maupun sisa makanan di sekolah. Menu MBG di sekolah itu adalah nasi putih, ayam giling bola-bola, tumis wortel, jagung mini putren dan kembang kol, serta buah lengkeng.

“Hasil uji fisik, kimia, dan mikrobiologi air bersih di kedua SPPG tersebut semuanya memenuhi standar,” tambah Arie.

Menurut Arie, kadar nitrit yang terdeteksi diukur secara kualitatif menggunakan rapid test. Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan nitrit pada menu dari SPPG Cibodas 2 lebih tinggi dibandingkan SPPG Kayu Ambon. Hal ini menjelaskan mengapa jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan dari Cibodas 2 lebih banyak, yaitu 236 orang, dibandingkan 44 orang dari Kayu Ambon.

Menu dari Cibodas 2 diketahui selesai dimasak sekitar pukul 02.00 dini hari dan baru dikirim ke sekolah pada pukul 06.30. Jeda waktu ini dinilai cukup untuk memicu peningkatan kadar nitrit di dalam sayuran, akibat proses perubahan alami nitrat menjadi nitrit pada suhu kamar.

Menariknya, tidak ada korban yang mengalami diare, yang berarti bakteri bukan penyebab utama. “Ini memperkuat dugaan bahwa faktor kimia, yakni nitrit, menjadi penyebab utama,” jelas Arie.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement