Senin 10 Nov 2025 13:51 WIB

Keluarga Berencana Ziarah ke Makam Soeharto di Astana Giribangun

Kami bersyukur kepada Allah. Kalau Allah tidak izinkan, semua ini tidak akan terjadi.

Rep: Antara/Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Putri pertama Presiden ke-2 RI Jenderal Besar (Purn) Soeharto, Siti Hardijanto Hsstuti Rukmana alias Mbak Tutut dan Bambang Trihatmodjo di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Putri pertama Presiden ke-2 RI Jenderal Besar (Purn) Soeharto, Siti Hardijanto Hsstuti Rukmana alias Mbak Tutut dan Bambang Trihatmodjo di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Presiden RI ke-2 Jenderal Besar Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti alias Tutut Soeharto, menanggapi pro dan kontra penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada ayahnya di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025). Presiden RI Prabowo Subianto menganugerahkan 10 Pahlawan Nasional 2025.

Didampingi sang adik, Bambang Trihatmodjo yang mewakili Keluarga Cendana, Tutut menyebut, pro dan kontra yang muncul di masyarakat sebagai hal yang wajar. Dia menganggap, penolakan sebagian kalangan atas penghargaan Pahlawan Nasional untuk Soeharto merupakan bagian dinamika demokrasi.

Baca Juga

"Pro kontra itu biasa, masyarakat Indonesia kan macam-macam. Yang penting kita melihat apa yang telah dilakukan Pak Harto dari sejak muda sampai beliau wafat, semua perjuangannya untuk masyarakat dan bangsa Indonesia," ujar Tutut kepada awak media.

Anak pertama Soeharto itu mengatakan, keluarga tidak memiliki dendam atau keberatan terhadap kritik yang muncul dari masyarakat atas keputusan tersebut. Yang terpenting, kata Tutut, masyarakat sebaiknya menjaga persatuan dan tidak bersikap berlebihan dalam menyikapi perbedaan pandangan.

"Kami keluarga tidak merasa dendam, karena kan kita negara kesatuan. Boleh saja kontra, tapi jangan ekstrem. Kita jaga persatuan dan kesatuan," kata mantan menteri sosial (mensos) tersebut.

Karena itu, ia menyampaikan, rasa terima kasih kepada Presiden RI Prabowo Subianto yang telah menetapkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Tutut menyebut, keputusan itu lahir dari penilaian atas rekam jejak dan kontribusi Soeharto bagi pembangunan Indonesia.

"Terima kasih banyak kepada Pak Presiden. Karena beliau tentara, jadi tahu apa yang telah dilakukan Bapak. Tapi beliau juga melihat aspirasi masyarakat," ucap Tutut.

Menanggapi pertanyaan mengapa gelar itu baru diberikan pada era sekarang, menurut dia, saat ini, pemerintah mempertimbangkan situasi dan kondisi masyarakat. "Karena (Presiden sebelumnya) belum banyak kumpulkan (dukungan) supaya Pak Harto terpilih, juga untuk persatuan dan kesatuan Indonesia, supaya tidak ada yang marah. Sekarang rakyat sudah dewasa dan makin pintar," kata Tutut.

Sebagai bentuk syukur atas penganugerahan gelar tersebut, keluarga berencana melakukan ziarah ke makam Soeharto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. "Kami bersyukur kepada Allah. Kalau Allah tidak izinkan, semua ini tidak akan terjadi," kata Tutut menegaskan.

Presiden Prabowo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional bidang perjuangan kepada almarhum Jenderal Besar TNI HM Soeharto dari Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116.TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

"Jenderal Soeharto menonjol sejak masa kemerdekaan. Sebagai wakil komandan BKR Yogyakarta ia memimpin pelucutan senjata di Jepang, Kota Baru 1945," demikian informasi yang dibacakan pembawa acara di Istana Negara.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement