REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ns. Femi Kesumawati, M.Kep Bagian Keperawatan Jiwa Prodi Keperawatan UBSI
JAKARTA - Setiap tahun, jutaan siswa di Indonesia menggantungkan harapan besar pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNBP dan SNBT). Namun, angka berkata jujur dan getir. Dari lebih dari 800 ribu pendaftar SNBT tahun 2023, hanya sekitar 20–25 persen yang berhasil lolos.
Itu artinya, lebih dari 600 ribu siswa harus menghadapi kenyataan pahit: gagal masuk PTN. Di balik angka tersebut, tersimpan luka kolektif yang sering tak terdengar kekecewaan, kecemasan, tekanan mental, bahkan depresi ringan yang dirasakan oleh para pelajar muda.
Tekanan dari lingkungan sekitar, rasa malu terhadap teman, ekspektasi orang tua yang tak terpenuhi semua itu membentuk beban yang tak ringan. Namun di tengah rasa putus asa itu, ada satu narasi penting yang jarang diangkat. Narasi keberanian untuk bangkit dan memilih jalan hidup baru yang tak kalah bermakna.
Salah satu pilihan itu adalah Program Studi Keperawatan, sebuah jalur pendidikan yang kini mulai dipandang bukan sekadar sebagai alternatif, tapi sebagai jalan hidup yang penuh nilai, kemanusiaan, dan masa depan cerah. Tak banyak yang tahu dunia kesehatan adalah sektor yang tidak pernah mati. Kebutuhan tenaga perawat terus meningkat di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun di luar negeri.