REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah maraknya kasus kebocoran data di Indonesia, Muhammad Fikri Adhirajasa (25), pemuda asal Karawang, membuktikan siapa pun bisa jadi hacker yang baik dengan memanfaatkan keahlian sibernya untuk tujuan positif.
Siang hari ia bekerja di bidang infrastruktur dan jaringan, sementara malam hari ia habiskan waktunya menjaga ruang digital dengan menelusuri celah keamanan di berbagai sistem.
Ketertarikan Fikri pada dunia keamanan siber bukan hanya datang dari kelas formal, melainkan juga rasa penasaran melihat seringnya data publik bocor.
“Awalnya saya sering lihat berita kebocoran data, apalagi data milik pemerintah. Dari situ saya mulai tertarik mendalami cybersecurity,” ujarnya kepada media di Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Modal awalnya sederhana, hanya Linux, pengalaman mengutak-atik jaringan, dan jam tidur yang rela dikorbankan. Salah satu momen penting dalam perjalanan Fikri adalah ketika ia menemukan domain pemerintah yang seharusnya hanya bisa diakses lewat VPN internal, tetapi ternyata terbuka untuk publik.
“Saya juga menemukan beberapa kerentanan seperti SQL Injection, XSS, dan IDOR. Setelah itu saya langsung laporkan ke pihak terkait, karena saya sadar pentingnya menjaga keamanan data, apalagi milik negara,” jelasnya.
Fikri menekankan, setiap langkah yang ia ambil merupakan praktik responsible disclosure. “Semua saya lakukan secara mandiri. Butuh ketelitian, kesabaran, dan proses panjang. Biasanya saya kerjakan malam, habis pulang kerja jam 9 sampai jam 12 malam,” katanya.
Hasil dari dedikasinya tidak main-main. Fikri berhasil masuk ke Vulnerability Hall of Fame WHO setelah melaporkan celah keamanan pada salah satu domain mereka.
“Awalnya saya cuma mau mengasah kemampuan, jadi saya coba telusuri salah satu domain WHO. Ternyata ada bug, saya laporkan, dan dinyatakan valid,” kisahnya. Namanya kini resmi tercatat di daftar Ethical Hackers WHO. Selain itu, University of San Diego juga memberikan Letter of Acceptance atas laporannya.
UBSI (Universitas Bina Sarana Informatika) sebagai Kampus Digital Kreatif menjadi salah satu tempat Fikri menempuh pendidikan.
Ia merupakan lulusan D3 Sistem Informasi UBSI kampus Karawang (2021) dan S1 Sistem Informasi UBSI kampus Kramat 98 (2024). Menurutnya, ilmu dari kampus dipadukan dengan praktik mandiri sangat membantu membentuk kariernya di dunia siber.
Menariknya, keluarganya baru mengetahui kemampuan Fikri setelah ia menerima penghargaan internasional. “Teman-teman sih sudah tahu, mereka selalu dukung. Tapi keluarga baru tahu setelah saya dapat penghargaan,” ucapnya sambil tersenyum.
Kini, Fikri fokus meneliti keamanan aplikasi web dan infrastruktur digital dengan target menemukan kerentanan berdampak tinggi serta memperdalam analisis forensik digital. Ia juga menitip pesan untuk mahasiswa Indonesia yang ingin terjun ke bidang serupa.
“Jangan ragu untuk mulai belajar, meskipun dari hal kecil dan secara mandiri. Konsistensi, rasa ingin tahu, dan etika itu kuncinya. Karena jadi bagian dari keamanan siber bukan cuma soal skill teknis, tapi juga tanggung jawab menjaga ruang digital tetap aman,” tegasnya.
Dengan semangat dan konsistensi, Fikri ingin membuktikan, generasi muda Indonesia mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan dunia digital.