Selasa 24 Jun 2025 05:29 WIB

Lanud Al Udeid Diserang, Berapa Banyak Pangkalan AS di Timur Tengah?

Lanud Al Udeid adalah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah.

Citra satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan Pangkalan Udara Al Udeid di luar Doha, Qatar, Ahad 15 Juni 2025.
Foto: Planet Labs PBC via AP
Citra satelit dari Planet Labs PBC ini menunjukkan Pangkalan Udara Al Udeid di luar Doha, Qatar, Ahad 15 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,DOHA – Serangan balasan Iran terhadap Pangkalan Udara Al Udeid tak jauh dari Doha pada Senin malam menunjukkan rentannya pangkalan Amerika Serikat di Timur Tengah. Berapa banyak sebenarnya pangkalan serupa di seantero wilayah tersebut?

Merujuk Council on Foreign Relationship, Amerika Serikat mempertahankan kehadiran militer yang cukup besar di Timur Tengah, dengan pasukan di belasan negara dan kapal di seluruh perairan kawasan. Kehadiran mereka meluas pada 2024 ketika Amerika Serikat mendukung Israel melawan pejuang Palestina di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon Selatan, Houthi di Yaman, dan beberapa kelompok militan yang berbasis di Irak dan Suriah. 

Baca Juga

Pangkalan-pangkalan Amerika di wilayah tersebut kini menjadi sasaran potensial setelah serangan Amerika terhadap fasilitas nuklir Iran. Teheran membalas dengan serangan rudal yang dicegat yang ditujukan ke pangkalan militer AS di Qatar. Media pemerintah Iran mengklaim Iran juga menargetkan aset Amerika di Irak, namun Kementerian Luar Negeri Irak tidak menyebutkan hal ini ketika menyebut serangan terhadap Qatar sebagai “titik balik yang berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya.”

Secara total, Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di setidaknya sembilan belas lokasi—delapan diantaranya dianggap permanen oleh banyak analis regional. Pangkalan-pangkalan itu tersebar di Bahrain, Mesir, Irak, Israel, Yordania, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Suriah, dan Uni Emirat Arab. Militer AS juga menggunakan pangkalan besar di Djibouti dan Turki, yang merupakan bagian dari komando regional lainnya namun seringkali berkontribusi signifikan terhadap operasi AS di Timur Tengah.

Jumlah pasukan AS di wilayah mana pun dapat sangat berfluktuasi tergantung pada lingkungan keamanan, prioritas pertahanan nasional, dan berbagai faktor lainnya. Selama operasi besar, terdapat sebanyak 160 ribu tentara di Irak pada tahun 2007, dan 100 ribu di Afghanistan pada tahun 2011. 

Pada Juni 2025, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan terdapat sekitar 40 ribu anggota militer di Timur Tengah, banyak di antaranya berada di kapal di laut di wilayah tersebut. Jumlah ini turun dari empat puluh tiga ribu pada bulan Oktober 2024—di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, serta serangan yang sedang berlangsung terhadap kapal-kapal Laut Merah. Namun, jumlahnya masih di atas perkiraan 30 ribu yang bertahan di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

photo
Pangkalan miiter AS di Timur Tengah - (CFR)

Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar adalah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, didirikan pada tahun 1996. Seluas 24 hektare, pangkalan tersebut menampung hampir 100 pesawat serta drone. Pangkalan ini, yang menampung sekitar 10.000 tentara, berfungsi sebagai markas besar Komando Pusat AS (CENTCOM) dan merupakan pusat operasi di Irak, Suriah, dan Afghanistan.

Sejak pecahnya perang pada bulan Oktober 2023 antara Hamas dan Israel, sekutu dan mitra pertahanan AS, pasukan AS di Timur Tengah semakin menjadi sasaran beberapa kelompok ini. Kapal-kapal AS dan koalisi, beroperasi “melindungi” kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden, bertahan dari serangan drone dan rudal Houthi yang hampir terjadi setiap hari. Meskipun gencatan senjata pada Mei 2025 mengakhiri serangan Houthi terhadap kapal-kapal AS, para ahli mengatakan ancaman terhadap kapal komersial non-AS masih tetap tinggi.

Amerika Serikat juga memainkan peran pendukung terhadap Israel seiring meningkatnya konflik dengan Iran dan Hizbullah. Pada April 2024, pesawat tempur dan kapal AS mencegat puluhan drone dan rudal yang ditembakkan ke Israel dalam serangan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Iran. Pada Oktober tahun yang sama, Amerika Serikat mengumumkan telah mengirim empat skuadron pesawat tambahan ke wilayah tersebut. 

Langkah ini dilakukan ketika Israel memulai serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon, sementara Iran melancarkan serangan rudal yang lebih besar terhadap Israel. Pasukan angkatan laut AS dilaporkan menembakkan selusin pencegat ke arah rudal Iran. Pada Maret 2025, pesawat pengebom siluman B-2 juga dilaporkan dikerahkan dari pangkalan mereka di Missouri ke pangkalan gabungan AS-Inggris di Diego Garcia, sebuah pulau yang merupakan bagian dari Wilayah Britania di Samudra Hindia yang berada dalam jangkauan serangan wilayah Houthi dan Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement