Rabu 18 Jun 2025 10:54 WIB

China Ingatkan AS, Ancaman dan Tekanan Terhadap Iran Hanya akan Memperluas Perang

Donald Trump terus melancarkan retorikanya terhadap Iran baik melalui Truth Social.

Tim penyelamat berada di sebuah lokasi di Tel Aviv, Israel, Senin (16/6/2025), yang porak pranda usai dihantam rudal-rudal Iran.
Foto: AP Photo/Baz Ratner
Tim penyelamat berada di sebuah lokasi di Tel Aviv, Israel, Senin (16/6/2025), yang porak pranda usai dihantam rudal-rudal Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengkritik pendekatan yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang dianggap dapat memperburuk kondisi di Timur Tengah karena menggunakan ancaman terhadap Iran. Diketahui belakangan, Trump terus melancarkan retorikanya terhadap Iran baik melalui keterangan pers maupun media sosial.

"Memanasnya kawasan Timur Tengah tidak menguntungkan siapa pun. Mengobarkan api, menggunakan ancaman dan memberikan tekanan tidak membantu meredakan situasi dan hanya akan memperburuk ketegangan dan memperluas konflik," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (17/6/2025).

Baca Juga

Pada Senin (16/6/2025), Donald Trump dalam akun media sosialnya Truth Socia mengatakan Iran harus setuju terhadap suatu "kesepakatan".

"Iran seharusnya menandatangani 'kesepakatan' yang saya minta mereka tandatangani. Sungguh memalukan, dan membuang-buang nyawa manusia. Sederhananya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah mengatakannya berulang kali!" tulis Trump.

"China menyerukan kepada pihak-pihak terkait, terutama negara-negara dengan pengaruh khusus terhadap Israel, untuk mengambil tanggung jawab yang semestinya dan mengambil tindakan segera untuk mendinginkan situasi dan mencegah penyebaran konflik lebih lanjut," tambah Guo Jiakun.

Menurut Guo Jiakun, China sangat khawatir atas eskalasi konflik antara Israel dan Iran. China, ungkap Guo Jiakun, menilai bahwa mencapai gencatan senjata adalah hal yang sangat mendesak.

"Hanya dialog dan konsultasi yang dapat menghasilkan perdamaian yang berlangsung lama. Kami siap untuk menjaga komunikasi yang erat dengan semua pihak dan terus memainkan peran yang konstruktif untuk deeskalasi," ungkap Guo Jiakun.

Ia juga menyampaikan kekhawatirannya atas dampak serangan Israel terhadap Iran terhadap lonjakan konflik regional berikutnya, termasuk kenaikan harga minyak mentah dunia. Pascaaksi saling serang antara Iran dan Israel, harga minyak dunia mengalami lonjakan hingga menyentuh kisaran 72–74 dolar AS per barel. 

"Sangat penting bagi pihak-pihak terkait untuk segera mengambil tindakan guna meredakan ketegangan sesegera mungkin, mencegah kawasan tersebut terjerumus ke dalam kekacauan yang lebih besar, dan menciptakan kondisi untuk kembali ke jalur yang benar dalam menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi," kata Guo Jiakun.

Sejak Jumat (13/6/2025), Israel melancarkan serangan udara terkoordinasi ke sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang kemudian dibalas Iran dengan serangan rudal balistik dan pesawat nirawak ke Tel Aviv, Yerusalem, Haifa, dan sasaran lain pada hari yang sama.

Menurut Israel, sedikitnya 24 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan-serangan balasan Iran sejak Jumat. Di lain pihak, Iran mengeklaim sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka akibat serangan-serangan Israel.

Gelombang baru serangan Iran diketahui mengenai sasaran di titik-titik dalam di wilayah Israel. Meski di tengah upaya sensor otoritas Zionis, gambar-gambar yang beredar menunjukkan serangan presisi Iran berhasil mengenai sasarannya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement