Selasa 17 Jun 2025 09:22 WIB

Balasan Iran Bangkrutkan Ratusan Ribu Warga Israel

Israel belum pernah menyaksikan krisis seperti saat ini.

Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Sedikitnya 100 ribu warga Israel dilaporkan terdampar di luar negeri dan tak bisa kembali menyusul eskalasi antara Israel dan Iran dan tak beroperasinya layanan udara sipil. Kondisi tersebut bakal memicu kebangkrutan di tengah ekonomi Israel yang makin terpuruk.

Perkiraan resmi menunjukkan bahwa sekitar 100.000 warga Israel telah terdampar di luar negeri sejak dimulainya serangan tanpa tanggal kepulangan mereka yang jelas. Israel juga tak memiliki rencana resmi yang efektif untuk pemulangan mereka.

Baca Juga

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar ekonomi Israel, The Marker, mengungkapkan dilema keuangan yang dihadapi orang-orang ini, di tengah kebingungan pemerintah mengenai mekanisme evakuasi dan hampir tidak adanya komitmen terhadap kompensasi ekonomi.

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Otoritas Bandara Israel berencana mengoperasikan "jembatan udara" untuk mengembalikan warga Israel yang terdampar ke negaranya, memanfaatkan jeda waktu antara peluncuran rudal Iran, dengan menggunakan pesawat Israel yang saat ini ditempatkan di luar negeri.

Menurut perkiraan para ahli, jumlah pengungsi yang kembali tidak akan melebihi 3.000 orang per hari dalam skenario terbaik, yang berarti prosesnya akan memakan waktu setidaknya satu bulan penuh. Semua ini memerlukan kemampuan keamanan untuk mengurangi waktu penerbangan dan proses di Bandara Ben Gurion, sesuatu yang tidak dapat dijamin, menurut surat kabar tersebut.

photo
Bandara Ben Gurion Israel kosong dari penumpang menyusul serangan militer Israel ke Iran, dekat Tel Aviv, Israel, Jumat, 13 Juni 2025. - (AP Photo/Ariel Schalit)

Selain itu, dengan mengumumkan “pembukaan bandara” atau “mengatur penerbangan pulang” dapat menjadikan bandara tersebut sebagai sasaran langsung rudal Iran. 

Kementerian Perhubungan Israel disebut sedang mempelajari kemungkinan "evakuasi laut". Namun, gagasan ini belum mendapat persetujuan keamanan, mengingat risiko keamanan yang ditimbulkan pada kapal-kapal di dekat pantai Israel, The Marker menambahkan.

Surat kabar tersebut mencatat bahwa meskipun perusahaan asuransi telah setuju untuk memperluas perlindungan asuransi kesehatan bagi mereka yang terdampar di luar negeri, hal ini hanya mencakup kondisi yang berhubungan dengan kesehatan dan tidak mencakup biaya akomodasi dan hidup, yang dapat diperpanjang hingga berminggu-minggu. Artinya, pelancong Israel yang terdampar, jika tidak memiliki teman atau kerabat di luar negeri, akan mengeluarkan biaya yang bisa mencapai ribuan bahkan puluhan ribu dolar.

The Marker memperingatkan bahwa banyak orang, terutama mereka yang berasal dari kelompok kurang mampu, mungkin terpaksa menjual aset mereka, kembali dengan beban hutang, atau bahkan menghadapi kebangkrutan pribadi. "Sejarah Negara Israel belum pernah menyaksikan krisis seperti ini yang mengancam sejumlah besar warga negaranya dengan kebangkrutan hanya karena mereka berada di luar negeri."

Terlepas dari gawatnya situasi, pemerintah belum mengeluarkan janji resmi untuk memberikan kompensasi kepada mereka yang terdampar, dan bahkan tidak mengakui kerugian apa pun yang terjadi, menurut surat kabar tersebut.

The Marker mencatat bahwa pihak berwenang menganggap pengorganisasian "penerbangan evakuasi" sebagai kompensasi yang cukup, dan percaya bahwa mereka yang meninggalkan negara tersebut dalam keadaan seperti ini harus menanggung konsekuensi dari "petualangan" mereka, bahkan jika mereka tidak memperkirakan krisis akan berlangsung selama ini.

Surat kabar tersebut menambahkan bahwa beberapa pejabat pemerintah menolak sepenuhnya konsep kompensasi, karena khawatir bahwa mengumumkan hal tersebut akan mengurangi tekanan pada mereka yang terlantar untuk mencari alternatif ekonomi yang lebih murah atau pulang dengan cepat. Mereka percaya bahwa membiarkan mereka menanggung biaya secara otomatis akan mendorong mereka mengurangi pengeluaran dengan pindah ke kota yang lebih murah atau tinggal bersama saudara atau teman.

The Marker menyiarkan gambar dramatis Bandara Ben Gurion, yang tampak hampir kosong, sementara puluhan ribu warga berdesakan di luar, takut untuk kembali dan tidak dapat tinggal. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement