REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Faksi perlawanan Palestina telah meningkatkan kewaspadaan di antara para pejuang mereka untuk menghadapi ancaman pemerintah Israel memperluas operasi darat di Jalur Gaza. Ancaman tersebut menyusul pertemuan kabinet keamanan Israel pada Ahad malam yang menyetujui pencaplokan Gaza.
Komandan lapangan di sayap bersenjata menyatakan kesiapan mereka untuk menghadapi semua skenario yang mungkin terjadi, termasuk upaya untuk menduduki kembali Jalur Gaza. Faksi-faksi perlawanan bersenjata Palestina menanggapi ancaman Israel dengan serius, meskipun keputusan dibuat pada pertemuan yang sama untuk mengerahkan upaya mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera pada saat Presiden AS Donald Trump tiba di wilayah tersebut.
Komandan militer lapangan mengungkapkan kepada Aljazirah garis besar konfrontasi yang akan datang, jika tentara pendudukan Israel melaksanakan ancamannya.
Komandan lapangan percaya bahwa keputusan Israel untuk memperluas operasi militer bukanlah suatu kejutan, melainkan perpanjangan dari eskalasi baru tentara pendudukan sejak 18 Maret, termasuk pemboman, pengepungan, kelaparan, dan pembersihan etnis yang terus berlanjut.
Dalam wawancara terpisah dengan Aljazirah, para pemimpin militer menegaskan bahwa perlawanan tidak menunggu keputusan pendudukan untuk mengambil tindakan, melainkan membaca fakta dan menanganinya dengan logika yang bersifat preemtif dan menyeluruh.
Menurutnya, persiapan konfrontasi telah dilakukan pada hari pertama pendudukan memutuskan untuk kembali berperang. "Persiapan telah dilakukan saat musuh membayangkan mereka mampu menduduki kembali Gaza."
Dia menjelaskan bahwa restrukturisasi prioritas militer dan rehabilitasi kemampuan lapangan terus berlanjut selama agresi berlangsung, bahkan dalam situasi yang paling kelam sekalipun. Mereka terus melakukan gencatan senjata selama fase pertama gencatan senjata, dengan mengandalkan penilaian lapangan dan belajar dari konfrontasi langsung dan tidak langsung yang terjadi di seluruh wilayah di Jalur Gaza.
Menurut para pemimpin pasukan pejuang, respons akan dilakukan di lapangan, dengan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki faksi perlawanan. “Kami memiliki orang-orang, doktrin, dan geografi. Mereka yang memasuki Gaza sebelumnya hanya meninggalkannya dengan luka-luka dan tentara mereka.”
Kabinet Israel menyetujui dengan suara bulat pencaplokan Jalur Gaza tanpa batas waktu. Warga Gaza akan diusir seturut rencana yang akan dimulai dengan serangan yang lebih brutal tersebut.