Selasa 29 Apr 2025 18:04 WIB

Panitia Temukan 50 Pelaku Kecurangan dan 10 Joki dalam Enam Hari UTBK

Ada indikasi keterlibatan orang dalam di lokasi kecurangan.

Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer - Seleksi Nasional Berbasis Tes  (UTBK-SNBT) di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta, Selasa (29/4/2025). Pelaksanaan UTBK SNBT tersebut digelar secara serentak se-Indonesia pada 23 April hingga 3 Mei 2025 mendatang. Seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini diikuti oleh 860.976 peserta yang memperebutkan sebanyak 259.564 kursi PTN. Sementara untuk gelaran UTBK SNBT di kampus UNJ berlangsung hingga 5 Mei mendatang dan diikuti oleh 33.354 peserta di wilayah Jabodetabek.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer - Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta, Selasa (29/4/2025). Pelaksanaan UTBK SNBT tersebut digelar secara serentak se-Indonesia pada 23 April hingga 3 Mei 2025 mendatang. Seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini diikuti oleh 860.976 peserta yang memperebutkan sebanyak 259.564 kursi PTN. Sementara untuk gelaran UTBK SNBT di kampus UNJ berlangsung hingga 5 Mei mendatang dan diikuti oleh 33.354 peserta di wilayah Jabodetabek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 mencatat setidaknya 50 orang pelaku kecurangan, serta 10 orang joki dalam enam hari pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025. "Jumlah peserta yang terlibat kurang lebih 50, jumlah jokinya kurang lebih 10 keterlibatan," kata Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam konferensi pers, Selasa (29/4/2025).

Eduart memaparkan modus kecurangan yang terjadi beragam, mulai dari pemasangan alat bantu seperti pemasangan kamera di kacamata, mikrofon dan pengeras suara di alat bantu dengar, hingga penggunaan perangkat lunak melalui aplikasi rekaman layar hingga penggunaan aplikasi pengendali jarak jauh atau remote desktop di komputer yang digunakan oleh para peserta. Lebih lanjut, ia menjelaskan penggunaan aplikasi remote desktop disertai dengan pemasangan proxy pada komputer, sehingga komputer tersebut dapat terhubung dengan jaringan di luar.

Baca Juga

Eduart menekankan hal ini telah diantisipasi oleh panitia UTBK di masing-masing lokasi dengan menyediakan pemindai metal atau metal detector. Namun, teknologi yang lebih canggih telah digunakan oleh para pelaku kecurangan, sehingga masih terdapat sejumlah modus kecurangan yang berhasil lolos. "Tentu di poin ini bisa saja terindikasi sudah ada di lokasi UTBK yang kita temukan ada keterlibatan orang dalam," ujarnya.

Eduart memaparkan modus kecurangan tersebut dipraktikkan dengan memberikan jawaban ke peserta yang berada di dalam ruang ujian dengan cara yang bermacam-macam. "Jadi, pesertanya sedang ada dalam ruang ujian. Kemudian dipasangkan alat di badan peserta sebagai receiver dan juga transmitter untuk komunikasi transfer jawaban. Jadi si peserta ini tetap mengoperasikan PC-nya dengan jawaban yang dikirim dari luar," ujarnya.

Di samping itu, Eduart mengungkapkan modus kecurangan lainnya adalah dengan menggantikan peserta di ruang ujian, atau yang kerap dikenal dengan istilah joki. Beberapa hal yang didapatkan dalam hal ini, ungkap dia, adalah pemalsuan foto peserta, dokumen seperti surat keterangan Kelas XII dan ijazah agar joki dapat masuk dan mengikuti ujian untuk menggantikan peserta aslinya.

"Ini yang menarik, jaringan perjokian lintas provinsi. Jadi bisa saja kasus didapatkan (di salah satu lokasi UTBK), setelah dilacak, komunikasi yang terbangun itu dari kota ini, kota ini, dan kota ini," ucap Eduart.

Dia mewakili panitia sangat menyayangkan hal ini, sebab pelaksanaan UTBK didasari atas asas kepercayaan kepada seluruh peserta didik di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, ia menyebutkan para panitia di masing-masing lokasi UTBK telah melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk melakukan proses lebih lanjut terkait hal ini, meskipun belum dapat diputuskan sanksi apa yang tepat untuk diberikan kepada para pelaku agar menimbulkan efek jera.

Eduart berharap kepada semua peserta maupun wali peserta untuk tetap mengikuti rangkaian proses SNPMB 2025 ini dengan jujur dan tidak melakukan berbagai tindak kecurangan yang menodai sakralnya prosesi ujian ini. "Andaikan semua peserta itu sepakat untuk menggunakan cara-cara yang jujur dan berintegritas kan tidak perlu lah hal-hal seperti ini," kata Eduart Wolok.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement