REPUBLIKA.CO.ID, Pekan lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melaporkan bahwa perkiraan cadangan beras pemerintah (CBP) akan menyentuh 4 juta ton pada Mei 2025, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Amran menyebut stok beras di Gudang Perum Bulog saat ini telah mencapai 3.364.800 ton dan akan terus naik mencapai 3,7 juta ton pada awal Mei.
Cadangan yang akan mencapai sebesar 4 juta ton ini berarti negara memiliki amunisi kuat untuk menghadapi berbagai situasi darurat, mulai dari kelangkaan pasokan, bencana alam, hingga gejolak harga di pasar. Indonesia kini pun mampu mengekspor beras alih-alih mengimpornya.
Saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025), Presiden Prabowo Subianto mengizinkan Indonesia mengekspor beras ke beberapa negara mengingat produksi beras Indonesia saat ini melimpah. Walaupun demikian, Presiden tidak menyebutkan negara-negara mana saja yang bakal mengimpor beras dari Indonesia.
“Saya dapat laporan dari Menteri Pertanian, Menko Pangan, beberapa negara minta agar kita kirim beras ke mereka. Saya izinkan! Dan saya perintahkan kirim beras ke mereka,“ kata Presiden.
Namun, meski diizinkan Prabowo, Mentan terkesan enggan mengekspor beras RI ke luar negeri dalam waktu dekat ini. Menurutnya, penting memperkuat stok beras dalam negeri terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan ekspor.
"Kita upayakan dulu stok kita berkuat," kata Mentan di sela Rapat Koordinasi Nasional bersama 37 ribu Penyuluh Pertanian yang dilakukan secara hybrid di Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Amran menambahkan ekspor beras baru akan dipertimbangkan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar tercukupi. Mengingat, tantangan iklim global yang bisa berdampak terhadap stabilitas produksi pangan nasional.
"Yang penting kita dulu cukup dalam negeri. Kita harus siap kecukupan kita, bila perlu kita siapkan betul-betul lebih dari cukup bila perlu. Kenapa? Iklim tidak bersahabat," ujar Mentan.