REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menlu Iran Abbas Araghchi mengungkap bahwa Israel terus berupaya 'menyabotase' perundingan nuklir mereka dengan Amerika Serikat (AS). Menurut Araghchi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, "mendikte apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan Presiden Trump dalam negosiasinya dengan Iran".
Araghchi sebelumnya mengindikasikan ootimismenya menyusul pertemuan ketiga dengan utusan AS Steve Witckof di Oman, Sabtu (26/4/2025). Seorang pejabat senior AS kepada Reuters juga membenarkan adanya "kemajuan lebih jauh" usai perundingan tahap tiga di Oman.
Diketahui, negosiasi bertujuan memastikan Iran tidak menggunakan program nuklirnya untuk membuat senjata nuklir. Sebagai imbalannya, Iran akan terbebas dari sanksi internasional.
Merespons perundingan tahap ketiga yang sepertinya sedang mendapatkan momentum menuju suatu kesepakatan, Netanyahu di Tel Aviv, Ahad, kembali menegaskan tuntutan pelucutan sepenuhnya program nuklir Iran. Seperti dilaporkan Aljazirah, Israel dalam kewaspadaan tinggi dan Netanyahu menegaskan, satu-satunya kesepakatan yang baik adalah dilucutinya semua program nuklir Iran. Netanyahu, yang menolak mengeyampingkan opsi serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, mengatakan ia telah meminta Trump bahwa kesepakatan apapun yang akan dicapai juga harus bisa mencegah Iran mengembangkan program rudal balistiknya.
Israel’s fantasy that it can dictate what Iran may or may not do is so detached from reality that it hardly merits a response.
What is striking, however, is how brazenly Netanyahu is now dictating what President Trump can and cannot do in his diplomacy with Iran.…
— Seyed Abbas Araghchi (@araghchi) April 28, 2025