REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tentara Israel semakin mempertanyakan sampai kapan perang terus terjadi. Meski sudah ada gencatan senjata, Netanyahu dan elite politik Israel malah mengkhianati perjanjian dan terus memerintahkan pertumpahan darah.
Saluran 14 Israel mengungkap kemarahan di antara perwira senior militer Israel, mengutip pernyataan mereka, "Keputusan harus diambil: hancurkan Gaza atau tinggalkan. Darah prajurit tidaklah murah."
Dalam konteks ini, koresponden militer untuk Channel 12 mengatakan, "Tentara telah beroperasi di Gaza tanpa tujuan yang jelas sejak gencatan senjata berakhir."
Ia menambahkan, "Tidak ada operasi militer berskala besar, maupun gerakan politik yang nyata," seraya mencatat bahwa "para pejuang menghadapi bahaya setiap hari tanpa pencapaian keamanan yang signifikan atau kemajuan dalam pengembalian tahanan."
Koresponden saluran TV Israel tersebut mengatakan, "Sudah saatnya para pengambil keputusan memutuskan: kesepakatan atau perang."
Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengkritik perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, menggambarkannya sebagai "tidak masuk akal" dan melayani kepentingan politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia memperingatkan adanya ancaman yang akan segera terjadi terhadap masa depan dan identitas Israel.