Jumat 18 Apr 2025 07:09 WIB

Ancaman Perang AS-Israel Melawan Iran Sudah Berakhir?

AS masih terus mengirimkan senjata ke Israel memungkinkan serangan ke Iran.

Warga Iran mengambil bagian dalam unjuk rasa protes anti-AS dan Israel di Lapangan Palestina di Teheran, Iran, 09 April 2025.
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Warga Iran mengambil bagian dalam unjuk rasa protes anti-AS dan Israel di Lapangan Palestina di Teheran, Iran, 09 April 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa dia tidak terburu-buru untuk menyetujui serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Ini ia sampaikan sehari setelah the New York Times mengungkapkan bahwa dia telah membatalkan proposal Israel untuk melakukan serangan gabungan bulan depan. Apakah ini berarti ancaman perang dengan Iran sudah mulai mendingin?

Lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan pada Kamis, Israel yakin AS membocorkan informasi tersebut untuk menekan Iran dalam negosiasi. KAN juga melaporkan bahwa, meskipun Trump memveto serangan gabungan pada bulan Mei, dalam beberapa hari terakhir AS terus mengirim amunisi dalam jumlah besar ke Israel, termasuk bom penghancur bunker yang dimaksudkan untuk memungkinkan serangan terhadap situs nuklir Iran. 

Baca Juga

Hanya dalam 24 jam sebelumnya, jaringan tersebut melaporkan pada Kamis malam, sembilan pesawat angkut militer telah tiba di pangkalan udara Nevatim di Israel selatan, membawa ratusan bom, termasuk penghancur bunker, untuk memungkinkan serangan jika negosiasi gagal. Awal pekan ini, KAN melaporkan bahwa puluhan pesawat Amerika telah tiba di Israel membawa bom berat MK84 dan rudal pencegat untuk sistem pertahanan udara THAAD. 

Konfirmasi parsial Trump terhadap laporan Times terjadi ketika para pejabat Iran dan sekutunya bersiap untuk perundingan putaran kedua dengan AS pada hari Sabtu yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan diplomatik seputar program nuklir Iran. Oman mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa perundingan akan berlangsung di Roma, mengesampingkan klaim Iran sebelumnya bahwa perundingan akan diadakan lagi di Muscat.

Ketika ditanya tentang laporan bahwa ia telah “mengabaikan” rencana Israel untuk menyerang situs nuklir Republik Islam bulan depan, Trump mengatakan, “Saya tidak akan mengatakan ‘mengabaikan’.” Namun kemudian dia menambahkan, “Saya tidak terburu-buru melakukannya,” yang menunjukkan konfirmasi atas laporan tersebut.

Berbicara kepada wartawan di Ruang Oval bersama Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Trump mengatakan, "Iran mempunyai peluang untuk memiliki negara yang hebat, dan hidup bahagia tanpa kematian, dan saya ingin melihatnya. Itu adalah pilihan pertama saya."

"Jika ada pilihan kedua," lanjutnya, "Saya pikir itu akan sangat buruk bagi Iran, dan saya pikir Iran ingin melakukan perundingan. Saya berharap mereka ingin melakukan perundingan. Akan sangat baik bagi mereka jika mereka melakukan hal tersebut. Iran tidak dapat memiliki senjata nuklir. Itu cukup sederhana."

Iran telah mengusulkan rencana tiga tahap kepada delegasi AS dalam pembicaraan di Oman pada Sabtu dengan harapan membatasi pengayaan uranium mereka sebagai imbalan atas pencabutan sanksi AS. Ini diungkapkan tiga sumber diplomatik di Teheran kepada Iran International.

Rencana tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi secara tertulis kepada utusan khusus Presiden AS Donald Trump Steve Witkoff selama pembicaraan tiga jam tersebut. Teheran mengusulkan pada tahap pertama, mereka akan mengurangi sementara tingkat pengayaan uraniumnya menjadi 3,67 persen dengan imbalan akses terhadap aset keuangan yang dibekukan oleh Amerika Serikat dan izin untuk mengekspor minyaknya.

Pada fase kedua, Iran akan secara permanen mengakhiri pengayaan tingkat tinggi dan memulihkan inspeksi pengawas nuklir PBB jika Amerika Serikat mencabut sanksi lebih lanjut terhadap Iran dan membujuk Inggris, Jerman, dan Prancis untuk menahan diri dari memicu apa yang disebut sebagai snapback sanksi PBB terhadap Teheran.

photo
Seorang wanita Iran berjalan di dekat papan iklan anti-Israel di alun-alun Enghelab di Teheran, Iran, 26 Oktober 2024. - (EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH)

Pada fase ini, Iran juga akan berkomitmen untuk menerapkan Protokol Tambahan, sebuah perjanjian tambahan yang memungkinkan pengawas nuklir PBB untuk melakukan inspeksi mendadak di lokasi yang tidak diumumkan kepada badan tersebut. Teheran mengakhiri kepatuhan tersebut pada Februari 2021 setelah Trump pada masa jabatan pertamanya menarik diri dari perjanjian internasional sebelumnya mengenai program nuklir Iran pada tahun 2018.

Tahap ketiga dan terakhir menyerukan Kongres AS untuk menyetujui perjanjian nuklir dan Washington mencabut sanksi primer dan sekunder, sementara Iran akan mentransfer cadangan uraniumnya yang telah diperkaya ke negara ketiga. Iran membantah berupaya membuat senjata nuklir dan intelijen AS menilai bahwa Teheran belum memutuskan untuk membuat senjata nuklir, namun pemerintahan Trump telah memperingatkan Iran bahwa mereka harus mencapai kesepakatan nuklir atau menghadapi serangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement