REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Israel dilaporkan merencanakan menyerang fasilitas nuklir Iran pada awal Mei, namun rencana itu dicegah oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump demi berjalannya proses negosiasi agar Teheran mau membatasi program nuklirnya. Informasi itu didapatkan New York Times dari beberapa pejabat resmi AS dalam laporannya, Kamis (17/4/2025).
Trump membuat keputusan mencegah rencana serangan Israel setelah terjadi perdebatan internal di Washington dalam beberapa bulan terakhir terkait apakah AS mengejar jalur diplomasi atau membantu Israel. Pertentangan seperti laporan New York Times terjadi antara pejabat yang dikenal agresif dan pembantu Trump lain yang skeptis aksi militer dapat mengeliminasi sepenuhnya ambisi nuklir Iran tanpa memicu perang yang lebih luas.
Diketahui, negosiasi terkait nuklir Iran telah terjadi antara pejabat Washington dan Teheran di Muscat, Oman pada Sabtu pekan lalu. Perundingan terkait program nuklir Iran tersebut berlangsung di tengah memanasnya kembali ketegangan antara Washington dan Teheran, khususnya sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada Januari lalu.
Trump baru-baru ini mengeluarkan peringatan mengenai kemungkinan tindakan militer dan penambahan tarif jika Iran gagal mencapai kesepakatan dengan AS terkait program nuklirnya -- pernyataan yang langsung mendapat kecaman keras dari pejabat-pejabat Iran. Meskipun Iran menolak melakukan negosiasi langsung dengan AS, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh Oman, setelah adanya pertukaran surat antara pemerintah kedua negara.
Italia dilaporkan akan menjadi tuan rumah putaran baru pembicaraan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran, demikian diumumkan media setempat pada Senin (14/4/2025). Berbicara dalam ajang World Expo 2025 yang digelar di Kota Osaka, Jepang, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan bahwa permintaan untuk menjadi tuan rumah perundingan datang dari “pihak-pihak yang berkepentingan,” dan pemerintah Italia telah memberikan respons positif, menurut laporan kantor berita pemerintah ANSA.
“Kami siap menyambut, seperti biasa, pertemuan-pertemuan yang dapat menghasilkan sesuatu yang positif, dalam hal ini terkait isu nuklir,” ujar Tajani.
